Lihat ke Halaman Asli

Potret Murni Renjana

Diperbarui: 18 Mei 2023   23:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pikbest

Seorang hawa meringkuk kesakitan, penantian yang dikandung keluar menjelang. Ribuan rahsa lara melebur jadi satu, mencabik-cabik daksa pun jiwa. Tangisnya berulang diusap, bulir keringat deras membasah, tapi ia tetap tabah.

Lalu setelah berjuang menahan lara; di antara ambang nyawa, tangisnya berubah haru. Sakitnya mendadak lenyap bak ditelan langit, sebab dari garbanya muncul sebuah jiwa baru yang menerbitkan senyum lega di wajah nirwananya. Ia berikan darah putih sucinya segenap jiwa, dipandang wajah buah hatinya dalam; setelah itu, doa-doa yang dilangitkan hanya tentang anak dalam peluknya.

Dan yang diperjuangkan mati-matian sampai napasnya tergadaikan adalah aku. Anak tak penurut, suka membantah, dan tak bisa diandalkan. Mungkin jikalau boleh memilih ia tak ingin aku menjadi bagian hidupnya, tapi bisa apa ia bila takdir telah memutuskan? dengan kalis pasrah pun rela membesarkan dengan segenap adorasi dan afeksi. Dialah malaikat sesungguhnya yang membumi dengan renjana murni pun tanpa rahsa tapi . 

Pekalongan, 18 Mei 2023

(^)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline