Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Kesadaran Bersama atas Sampah Plastik di Indonesia

Diperbarui: 17 Oktober 2022   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1 Sampah di pantai Jakarta Utara. Sumber: Kompas.com


Pesisir merupakan Kawasan vital yang menjadi sumber kehidupan bagi makhluk hidup di muka bumi, baik dari sektor pangan, sektor perdagangan, sektor industri, pariwisata, dan sektor lainnya. Pendayagunaan juga pengembangan dari wilayah pesisir menjadi kunci dalam perkembangan suatu wilayah bahkan suatu negara. Indonesia sendiri sebagai negara kepulauan yang memiliki perairan yang luas menyebabkan laut menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di Kawasan pesisir.

Daerah-daerah pesisir terutama pada pedesaan-pedesaan dengan infrastruktur minim yang lebih rawan terhadap pengaruh dari pencemaran terutama Marine Debris atau sampah laut yang laju penambahannya terhadap laut konstan. Sampah plastik mencakup 80% dari pencemar laut dengan kisaran angka berada pada 8 sampai 10 juta ton pertahunnya (UNESCO, 2022). 

Pencemaran ini tentu akan berdampak besar bagi kehidupan masyarakat pesisir, baik menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial masyarakat juga terganggunya lingkungan yang tentu akan berakibat pada Kesehatan juga perekonomian warga yang bergantung pada industri pariwisata juga perikanan.

Pencemaran Laut dalam Bentuk Sampah Laut

Pencemaran laut adalah masuknya substansi atau energi ke dalam lingkungan laut oleh manusia secara langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan terjadinya pengaruh yang merugikan seperti merusak sumber daya hidup, bahaya Kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan kelautan diantaranya perikanan, rusaknya kualitas air, dan pengurangan pada keindahan dan kenyamanan (Mukhtasor, 2007). 

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Sampah plastik merupakan pencemaran terbesar dalam pencemaran laut hingga mencakup 80% dari pencemar laut dengan kisaran angka berada pada 8 sampai 10 juta ton/tahun. 

Di Indonesia sendiri menurut Indonesia National Action Plan (INAP), terdapat sekitar 4,8 juta ton atau 70% dari sampah plastik di Indonesia yang tidak terkelola dengan 9% dari sampah plastik tersebut bermuara di perairan dan laut Indonesia. Sampah plastik tersebut dapat terbawa ke lautan akibat aliran air baik akibat hujan, banjir, aliran sungai, maupun aliran lainnya yang pada akhirnya akan berdampak pada pesisir dan lautan Indonesia. Secara spesifik dampak dari sampah plastik bagi lingkungan sebagaimana dikutip dari (UNESCO, 2022) adalah:

  • Dampak bagi hewan

Limbah plastik di laut memiliki dampak bagi hewan dan ekosistem. Dampak terbesarnya adalah plastik dapat menjadi berbahaya bagi hewan ketika dikonsumsi atau terkena sampah plastik yang dapat menyebabkan luka dalam, infeksi, kesulitan bernapas, hingga bahaya lainnya. Selain itu, sampah plastik juga merusak tempat tinggal hewan dan dapat membawa spesies invasif yang mengganggu keseimbangan ekosistem.

  • Dampak bagi manusia

Plastic yang dikonsumsi oleh hewan laut yang dikonsumsi manusia dapat menyebabkan masuknya mikroplastik yang bersifat karsinogenik yang dapat menimbulkan kanker sehingga berbahaya bagi pertumbuhan, sistem saraf, reproduksi, dan imunitas manusia. Selain itu, kerusakan bagi lingkungan pesisir dan laut juga berdampak bagi masyarakat pesisir yang tinggal dan mencari pendapatan dari wilayah yang terdampak pencemaran.

  • Perubahan iklim

Sampah plastik berdampak pada kerusakan ekosistem makhluk hidup ketika terbuang ke perairan. Namun, saat proses produksi dan penanganan sampah dengan cara dibakar juga berdampak besar bagi peningkatan emisi ke atmosfer yang memiliki dampak pemanasan global.

  • Ekonomi

Sampah di laut untuk menjaga kegiatan turisme, perikanan, maupun kegiatan lainnya memiliki dampak kerugian sebesar 6-19 miliar USD secara global bagi berbagai sektor tersebut baik dari usaha pencegahan maupun penanganan.

Penanganan sampah laut

Permasalahan pencemaran laut, juga beriringan dengan masalah persoalan pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Pada tingkat daerah, dibutuhkan implementasi otonomi daerah yang kreatif dan entrepreneurial oleh Pemerintah Daerah dan Pihak Ke-3 sehingga akan mendorong peningkatan kesempatan pemerolehan layanan dasar bagi penduduk miskin dan kaum pekerja, serta pada akhirnya akan terjaganya lingkungan hidup (Mukhtasor, 2007).  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline