Lihat ke Halaman Asli

Gowes Melelahkan Seorang Newbi Bandung – Ciamis

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1416890353599996441

Ini adalah pengalaman pertama saya melakukan perjalananbersepeda dengan jarak lebih dari 100 km seorang diri, tidak banyak persiapan yang dilakukan hanya menyediakan perbekalan seadanya yang dikemas kedalam sepasang pannier belakang. Jalur yang saya tempuh lumayan sangat jauh untuk ukuran saya, dengan jarak tempuh kurang lebih 130km, di awali dari rumah di Sayati Kabupaten Bandung dengan tujuan akhir yaitu di Cijeunjing Kabupaten Ciamis. Perjalanan ditempuh selama 3 hari, sehari untuk perjalanan ke Ciamis, recovery, dan sehari lagi untuk perjalanan pulang ke Bandung. Bagi petouring professional atau senior jalur ini mungkin bisa ditempuhsehari saja.

Perjalanan diawali dari rumah sebagai titik awal keberangkatan, karena perjalanan yang dilakukan sendiri jadi tidak ada titik yang ditentukan untuk berhenti kecuali untuk sekedar beristirahat menghela nafas saja. 2 jam pertama mengayuh sepeda tidak ada kesulitan sama sekali karena kontur jalan dari Sayati sampai Rancaekek masih datar, hanya saja perjalanan sedikit terganggu karena jalan ini termasuk kawasan industri, sesekali terjebak kemacetan karena banyaknya volume kendaraan serta pasar kaget yang berada di pinggir jalan. Setelah melewati Rancaekek kontur jalan mulai menanjak dan terasa berat, mungkin karena belum terbiasa bersepeda menggunakan pannier atau gembolan, apalagi sepeda yang digunakan adalah Federal Street Cat berbahan material besi. Beberapa kali berpapasan dengan pesepeda yang kemudian menanyakan tujuan bersepeda dan juga memberi semangat, jalan semakin menanjak menuju nagreg sempat berhenti untuk minum dan menghela nafas.

Sampai di Nagreg kembali beristirahat sambil mengecek sepeda sebelum malanjutkan perjalanan, karena jalur selanjutnya terkesan ekstream dan rawan terjadi kecelakaan, jalanan yang naik-turun dan berkelok-kelok apalagi jalur ini sering dilalui kendaraan besar seperti bus, elf, truk dan fuso. Perjalanan pun dilanjutkan sesekali harus menepi karena terpaksa mengalah dan berbagi jalan dengan bus dan truk yang besar. Gowes touring sendirian lumayan menantang memang, selain tidak ada teman untuk sekedar bercanda, mengobrol dan saling menyemangati, kita juga harus siap mengambil resiko jika mengalami trouble, ini yang tidak diharapkan petouring.

Memasuki daerah Malangbong jalanan masih naik-turun, hari semakin siang panas terik matahari seolah menyorot ke satu objek, lelah sudah pasti perjalanan harus tetap dilanjutkan, sempat mengalami trouble pada FD yang tidak mau turun ke teeth paling kecil, seolah tidak mau berhenti karena ingin cepat sampai tujuan trouble pun diacuhkan. Jalur yang dinanti pun tiba, turunan di daerah Gentong, seperti mendapat hadiah jika menemukan jalur turunan, angin yang menerpa badan seolah memberi tenaga baru, terlena akan turunan seolah tidak memperdulikan bagaimana perjalanan pulang nanti.

8 jam perjalanan sudah dilalui dari Bandung sampai Ciawi, kemudian saya menyempatkan untuk beristirahat sekaligus melakukan sembahyang. Sepeda kembali di kayuh, melewati Cihaurbeuti kembali mengalami trouble, kaki kanan saya mengalami linu sepertinya kram, mungkin ini akibat memaksakan dari trouble di FD sebelumnya yang hanya menggunakan teeth tengah dan paling besar saja saat melalui tanjakan. Kayuhan pedal mulai melamban, tenaga terkuras, angin pun ikut andil memperlambat kayuhan pedal karena arah angin berlawanan dengan jalan yg di lewati. Sampai di tempat tujuan jam menunjukan pukul 16.15, 10 jam menempuh jarak 130km Bandung-Ciamis. Besoknya saya gunakan waktu seharian untuk recovery dan bernostalgia dengan teman lama.

Balik Bandung

Sehari cukup untuk recovery perjalanan pulang dimulai, start pukul 05.25 berangkat dari rumah teman di Cijeunjing, sengaja waktu lebih awal karena tahu perjalanan akan lebih sulit di bandingkan perjalanan dari Bandung. Jalanan tidak terlalu ramai dan tanpa hambatan sampai Cihaurbeuti terbilang cepat karena kontur jalan masih datar sesekali naik-turun.

Menjelang siang saya sudah tiba di daerah Ciawi, tenaga kembali terkuras untung saja tidak terjadi masalah, justru yang dikhawatirkan sebelumnya adalah tanjakan Gentong. Minder juga untuk melahap tanjakan tersebut, semakin dilewati justru semakin menanjak, hambatan fisik pun mulai terasa, sempat putus asa ingin di loading tapi rasa putus asa tersebut kalah dengan rasa penasaran ingin melahap tanjakan tersebut, terhitung beberapa kali berhenti untuk sekedar menghela nafas sembari minum.

Tidak mengalami kendala sampai Limbangan, pedal pun terus di kayuh karena ingin cepat sampai rumah, panas matahari jadi sebab kenapa saya tidak ingin berhenti mengayuh pedal, karena tenaga dan emosi terkuras habis. Sedikit tersenyum karena Nagreg tinggal sebentar lagi, semangat pun muncul kembali.

Jalur Lingkar Nagreg yang dipilih, karena jalur ini belum pernah saya lalui menggunakan sepeda motor sekalipun. Rasa penasaran, itulah hal yang selalu ada di pikiran, jalanan tidak terlalu ramai seolah memberi keleluasaan untuk bersepeda. Kayuhan demi kayuhan terus saya lakukan. Jalanan yang terus menanjak membuat harus beberapa kali berhenti untuk mengatur nafas.

Kondisi fisik sudah tidak bersahabat, kaki kembali merasa pegal dan linu, untuk duduk diatas sadel pun agak kesulitan, lecet dibagian pantat sepertinya. Sisa tenaga dikerahkan, sempat ada orang yang menawari saya untuk “me-loading” meskipun tidaksaya terima tapi cukup senang rasanya, masih ada yang peduli ternyata.11 jam baru sampai Lingkar Nagreg itu pun belum melewati terowongan yang menjadi salah satu tempat favorit warga Bandung untuk mengambil fhoto. Sekitar satu jam lebih saya beristirahat di Lingkar Nagreg, kemudian kembali melanjutkan perjalanan meskipun agak susah untuk duduk tapi tetap dipaksakan.

Lambat tapi pasti akhirnya tiba di terowongan Lingkar Nagreg, tidak ingin melewatkan moment yang satu ini, saya pun mencoba mengabadikannya lewat fhoto. Karena hari semakin sore, saya pun kembali melanjutkan perjalanan, dari Nagreg sampai jalan Cicalengka sedikit bernafas lega karena jalanan cenderung menurun. Satu hal yang tidak bisa dilupakan oleh saya, yaitu ketika perjalanan dari Rancaekek sampai rumah, karena hari sudah hampir malam, sadar tidak membawa lampu untuk penerangan, saya mengayuh sepeda dengan berdiri, sesekali duduk meskipun ada rasa sakit karena lecet, penuh perjuangan untuk sampai dirumah. 14 jam perjalanan Ciamis-Bandung sangat melelahkan meskipun begitu saya tidak merasa kapok untuk bersepeda jarak jauh.

Banyak pelajaran yang dapat saya peroleh dari perjalanan jarak jauh ini, bercermin dari beberapa masalah yang dialami selain butuh persiapan fisik yang matang, materi pun harus di pikirkan, jangan cuma modal nekad saja. Sebelum melakukan perjalanan alangkah baiknya melakukan stressing atau pemanasan agar otot-otot tidak kaku, selain itu lakukan perjalanan-perjalanan pendek sebagai latihan. Sepedapun harus di check kesiapannya. Semoga pelajaran yang saya dapatkan bisa menjadi pelecut semangat untuk perjalanan jauh berikutnya.

(Fadly Muhamad Fathurohman )




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline