Lihat ke Halaman Asli

Fadly Bahari

TERVERIFIKASI

Pejalan Sepi

Makna Sakral di Balik Nama-nama Angka

Diperbarui: 12 Mei 2019   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kutipan phytagoras diolah dari berbagai sumber (Dokpri)

Salah satu hal utama yang menjadi fokus perhatian kita ketika berupaya mencari pesan-pesan kuno dari masa lalu adalah melakukan penelitian pada objek simbol-simbol kuno.

Hal ini menjadi kecenderungan yang umum kita lakukan karena kita percaya bahwa simbol merupakan bentuk bahasa orang-orang di masa lalu dalam menyampaikan pesan tertentu. Dalam upaya tersebut, tak jarang timbul interpretasi yang beragam dari berbagai pihak. Situasi ini adalah hal yang wajar, sesuai dengan ungkapan bahwa sebuah lukisan menggambarkan ribuan kata.

Suatu hal yang sejauh ini luput dari perhatian - dalam upaya mencari pesan-pesan kuno dari masa lalu adalah pada upaya memahami makna filosofis dari nama-nama angka, dalam hal ini saya percaya bahwa semua nama-nama angka memiliki dasar asal usul.

Selama ini memang telah banyak hasil penelitian para ahli tentang angka tetapi hal itu sebatas penelitian pada bentuk tanda atau lambang angka, sistem angka, dan fungsi angka sebagai bentuk bilangan yang melambangkan suatu kuantitas (misal: panjang, berat, umur, dan lain-lain).

Jika pun ada pembahasan tentang nama-nama angka, pembahasan tersebut lebih pada usaha pengungkapan dari bahasa bangsa atau suku mana nama angka tersebut berasal dan terserap ke bahasa bangsa atau suku mana ia selanjutnya.

Demi menambah referensi kita terkait ilmu pengetahuan tentang angka, pada bagian ini saya akan mencoba memaparkan hasil penelusuran saya tentang fakta adanya makna tersembunyi pada nama-nama angka menurut bahasa tertentu.

Nama-nama angka dalam beberapa bahasa tradisional di Nusantara (Dokpri)

Dalam table di atas dapat kita lihat bahwa penamaan angka pada beberapa bahasa daerah memiliki kesamaan bunyi dengan penamaan angka dalam beberapa bahasa daerah lainnya. Ini dikarenakan adanya proses asimilasi budaya yang terjadi pada masa lalu, bahkan sangat mungkin berasal dari satu sumber yang sama pada mulanya.

Kronologis ide penelusuran makna nama angka yang saya lakukan, dapat dikatakan timbul secara intuitif dalam suatu perenungan menganalisa susunan fonetik dalam nama-nama angka dengan fokus mengamati bagaimana wujud bentuk lainnya ketika mengalami perubahan fonetik yang umum terjadi pada banyak leksikon. 

Saat itu, manakala secara berulang-ulang saya mengeja satu demi satu nama-nama angka dalam bahasa tae', dalam suatu kesempatan, urutan nama angka "appa (empat) -- lima (lima) -- annang (enam)" tertangkap nalar saya seperti bunyi sebuah kalimat yang memiliki makna lain selain maknanya sebagai nama angka -- semacam bentuk double-entendre, yaitu frase atau kiasan yang bisa memiliki dua makna atau yang dapat dipahami dalam dua cara yang berbeda. (Dictionary Cambridge)

Bentuk double-entendre tersebut tersaji secara homophone. Misalnya kata "one" dalam bahasa inggris untuk 1, terbaca "wan" - homophone dengan bentuk "want" yang artinya "ingin". Nama angka tujuh dalam bahasa Indonesia pun sebenarnya memiliki Double-entendre yakni kata "tuju" yang berarti "arah" (verb. menuju = mengarah).

Dalam bahasa tae', "appalima annang" dapat berarti "memindahkan atau menuangkan pada suatu tempat penyimpanan atau wadah". Appalima (bentuk lainnya apparima/ appalemba) = memindahkan atau menuangkan, annang = simpan (bentuk lain, annangngi = simpankan), sementara bentuk terdekatnya, inang = tempat atau wadah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline