Lihat ke Halaman Asli

Sara, Semakin Kau Tanggapi Semakin Tak Berarti

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini aku membaca hampir di semua media online menyajikan tulisan yang mengedepankan nuansa sara. Sesungguhnya sara, kalau dibawa kepada arti yang positif maka tidaklah sejelek yang terjadi sekarang. Karena, manusia memang tak terlepas dari unsur tersebut. Manusia mempunyai asal usul, manusia mempunyai suku, manusia mempunyai agama atau keyakinan. Nah, jadi apa yang salah, justru menjadi salah kalau tidak mengetahui asal usul seseorang yang hendak kita jadikan panutan.

Jika ingin menanggapi hal-hal yang dianggap sara negatif, sebaiknya mengedepankan kata-kata yang menyejukkan, dengan kesan cool, sehingga yang membaca juga bisa hanyut ke dalamnya dan mudah-mudahan menjadi simpatik dengan orang-orang yang dipojokkan. Akan tetapi jika menanggapi sara negatif dengan pemaparan yang negatif juga, maka pembaca akan menjadi bosan dan jenuh. Ujung-ujung apapun yang dipaparkan sudah tak ada artinya lagi, walhasil - akan melahirkan satu golongan baru yang akan menjadi besar, yaitu Golput.

Demikian masukkan saya, mungkin bermanfaat bagi rekan-rekan yang sedang gontok-gontokkan membela jagoannya masing-masing. Padahal sang jagoan mungkin lagi enak-enaknya tidur siang, atau sedang berumroh dan sebagainya. Wallahualam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline