[caption caption="Yusril Ihza Mahendra | Foto Antara"][/caption]Sepertinya tidak membutuhkan banyak analisa untuk mengukur peluang Yusril Ihza Mahendra yang berniat ingin memenangkan Pilgub DKI 2017. Yang mengatakan itu tentu saja hanya seorang pengamat politik dari gunung yang sudah terkenal ini, siapa lagi kalau bukan gw. Hehehee.
Yups bener sih, masbro. Sejak 2 bulan lalu ketika Yusril menyatakan dirinya ingin maju Head to Head duel dengan Ahok maka hati kecil gw berkata, kok bisa Yusril pede begitu ya?
Yusril Ihza Mahendra memang bukan orang sembarangan. Kalau dibilang 20 orang Indonesia yang paling tinggi kehebatannya dalam profesinya maka gw pastikan Yusril masuk dalam daftar itu. Kalau Ahok malah menurut gw tidak masuk di rangking itu. Kalau 100 besar mungkin masuk. Ini bukan bicara ngejatohin Ahok tetapi hanya ingin mengatakan bahwa Yusril itu cukup hebat.
Mantan Menteri Hukum dan HAM yang juga merupakan Ketua Partai Bulan Bintang ini sangat terkenal dengan keahliannya dibidang Hukum. Tidak ada satupun Jaksa yang tidak gentar bila melawan Yusril bila dirinya mengambil posisi sebagai Pengacara. Tidak ada satupun Pengacara yang tidak gentar kalau harus melawan Yusril bila dia mengambil posisi sebagai Penuntut. Begitulah kehebatan “Laksamana Cheng Ho” ini.
Yusril adalah orang yang penuh percaya diri. Perhitungan Yusril dalam aktifitasnya di bidang apapun biasanya sangat matang. Dan mungkin Yusril tidak salah bila berpikir dirinya sanggup mengalahkan Ahok. Semua bekal pengalamannya sebagai Politisi, sebagai Ahli Hukum dan sebagai mantan Pejabat Tinggi Negara menjadi jaminan tentang kualitas dirinya yang memang tidak kalah dari Ahok. Itu benar dan gw juga yakin seyakin-yakinnya kualitas Yusril tidak dibawah Ahok. Bisa jadi Yusril dalam banyak hal Yusril malah lebih hebat dari Ahok.
Tapi Yusril mungkin lupa bahwa untuk menjadi seorang Gubernur itu harus dipilih jutaan orang. Untuk menjadi Gubernur itu harus disukai oleh jutaan orang. Kalau di DKI Jakarta minimal harus 2,5 Juta orang yang memilih barulah seseorang itu bisa menjadi Gubernur DKI.
Menjadi Menteri berkali-kali tidak membutuhkan pilihan jutaan masyarakat. Cukup seorang Presiden saja yang mengangkatnya. Menjadi Pengacara terhebat di Indonesia juga tidak membutuhkan rasa suka dari jutaan orang. Cukup Pintar, punya bakat, sekolah tinggi dan memiliki pengalaman terbang yang tinggi.
Itulah yang membedakan Kehebatan seorang Yusril dengan sebuah kontestasi tingkat Pilgub DKI. Fakta yang sudah ada sebagai Ketua Partai Yusril dengan nama besarnya belum pernah sekalipun berhasil membawa partainya menjadi Pemenang Pemilu Legislatif di daerah strategis (kota-kota besar). Disitulah letak daya jual politik dari nama seorang Yusril.
Ahok bukan tidak terkalahkan. Mengalahkan Ahok tidaklah sesulit mengalahkan Jokowi sewaktu dirinya masih belum menjadi Presiden. Seorang Ridwan Kamil mungkin di atas kertas bisa mengalahkan Ahok. Begitu juga dengan Djarot maupun lainnya yang sudah nyata cukup bersih track recordnya dan cukup disukai masyarakat luas sehingga bisa saja mengalahkan Ahok.
Yusril seorang Muslim dan mungkin 80% warga DKI juga muslim tetapi itu bukan merupakan jaminan bahwa warga muslim Jakarta akan memilih calon muslim dibanding calon bukan muslim. Sejarah politik kita membuktikan bahwa masyarakat luas lebih menyukai tokoh yang berpaham nasionalis sehingga bukan muslim dan non muslim yang bisa dijadikan acuan dalam sebuah kontestasi Pilkada.
Menurut gw sih kekurangan Yusril hanya satu yaitu Yusril kurang disukai masyarakat luas. Menurut pengamatan gw masyarakat Indonesia yang menyukai Yusril mungkin dapat dihitung hanya sebatas jumlah Konstituen Partainya (PBB), Kader dan simpatisan PKS dan sedikit simpatisan Gerindra dan Golkar saja.