Lihat ke Halaman Asli

Lebih Efektif Mana, Kampanye Politik di TV atau Kampanye di Media Sosial?

Diperbarui: 22 Maret 2016   16:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: Kompasiana"][/caption]Spesial untuk mbak Biken dan mbak Mike, serta mbak-mbak lain di Kompasiana yang pernah menyebut gw sebagai penulis yang diskriminatif. Mereka memprotes karena tulisan-tulisan gw hanya ditujukan kepada masbro. Nggak pernah sama sekali  menyebut mbak Sis.  Gw akui gw salah jadi gw perbaiki sekarang. Hehehe..

Jadi begini mbak Sis. Kali ini kita bahas soal lebih efektif  mana berkampanye lewat TV atau lewat Media Sosial.  Ini pertanyaan yang dalem, mbak sis. Butuh kajian dan penelitian yang komprehensif. Idealnya begitu tetapi kenapa mesti repot-repot kalau kita bisa menyimpulkannya dengan sederhana saja yang penting bisa langsung diaplikasikan. Hehehee.. ciyeee.. belagak jadi pengamat advertising. Wkwkwkwk.

Mbak sis masih ingat iklannya Aburizal Bakrie Capres dari Golkar yang dimulai sejak akhir tahun 2012 hingga awal tahun 2014? Iklannya setiap hari di TV One dan ANTV. Gratis tentunya karena 2 stasiun TV itu memang milik om Ical. Dan pertanyaannya, sanggupkah iklan selama 2 tahun itu menaikkan angka Elektabilitas dari ARB? Jawabannya tentu kita sepakat bahwa iklan itu tidak berhasil.

Bila kita bayangkan ARB membayar dengan koceknya sendiri, wuihh  kira-kira habis berapa puluh Milyar Rupiah untuk menayangkan Iklan Capresnya selama hamper 2 tahun? Muahal bingit kan?

Mubazir memang tetapi dari situ tidak bisa dikatakan kampanye atau iklan lewat TV itu tidak efektif.  Yang harus dibedakan pertama adalah Beda antara Kampanye dengan Iklan. Essensinya berbeda sehingga  cara menangkap pesannya kepada pemirsa jauh lebih berbeda.

Iklan sebuah produk di TV hanya  berhubungan dengan Harga yang harus dibayar calon Konsumen.  Tidak ada dampak panjangnya. Produk A bagus iklannya lalu dibeli konsumen. Ternyata produk itu mengecewakan. Ya sudah produk itu tidak akan dibeli lagi. Urusannya hanya sampai  disitu.

Sangat berbeda jauh dengan  Kampanye Kepala Daerah atau Kampanye Presiden. Ini masalah yang besar. Ini masalah tentang  memilih Pemimpin untuk 5 tahun ke depan. Pertimbangannya banyak dan tidak hanya satu sumber. Iklan ARB di TV selama 2 tahun itu sama sekali tidak berarti alias mubazir karena masyarakat tahu persis track record ARB sangat berbeda jauh dengan iklannya. Ini masalahnya.

MASIH INGAT FENOMENA JOKOWI TAHUN 2012-2014?

Jokowi meraih popularitas tertinggi dalam sejarah politik Indonesia. Mungkin rekor Jokowi tidak akan dipecahkan oleh siapapun di negeri ini. Sangat fenomenal. Tahun 2012 masih menjabat sebagai Walikota Solo dan 2 tahun kemudian pada Oktober 2014 sudah dilantik menjadi Presiden RI ke 7.

Apa resepnya? Resepnya hanya dua. Propaganda positif/Sentimen Positif yang sangat simultan dan berkesinambungan. Dan yang kedua adalah Keberhasilan Personal Branding Jokowi.

Kalau bahasa Internet sekarang nama Jokowi dan pemberitaan tentang Jokowi sering dan selalu menjadi Viral di Internet. Nama Jokowi tidak putus-putusnya dibicarakan para netizen sepanjang tahun 2012 hingga tahun 2014.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline