Sekitar 10 sampai 20 tahun yang lalu kalau ada anak-anak kecil yang ditanya oleh kerabatnya atau tetangganya, mau jadi apa nanti kalau sudah besar pasti jawabannya mau jadi Dokter atau mau jadi Insinyur. Idiom ini sangat melekat di masyarakat, bahkan ada lagu anak-anak dengan tema tersebut.
Menjadi Dokter adalah Cita-cita yang hebat. Dokter adalah profesi mulia yang sangat dihargai masyarakat luas. Banyak orang tua yang bercerita tentang hebatnya profesi ini dan memotivasi anaknya untuk bisa menggapainya. Dokter itu identic dengan orang pintar, identic dengan baju putih bersih yang elegan dan berwibawa, dan identic juga dengan ilmu luhurnya yang mampu membantu orang-orang sakit yang membutuhkan pertolongannya.
Dengan kondisi masyarakat seperti itu bisa dikatakan, mungkin ratusan ribu hingga Jutaan anak Indonesia pernah bermimpi untuk menjadi Dokter. Tetapi apa daya yang namanya Kuliah Kedokteran itu sangat mahal. Mungkin yang Termahal bila dibanding dari semua jurusan/ fakultas yang ada di perguruan tinggi kita. Apalagi bila kuliahnya di perguruan tinggi swasta. Kalau tidak salah untuk saat ini total biaya kuliah Kedokteran di Universitas swasta sudah mencapai ratusan juta rupiah. Itu baru biaya kulaih belum lagi biaya Kost ataupun biaya transportasi para mahasiswa dan lainnya.
Saat ini hanya orang-orang tertentu saja yang mampu membiayai kuliah kedokteran untuk anaknya. Hanya orang-orang yang betul-betul mampu saja yang bisa menyekolahkan anaknya untuk menjadi Dokter. Ini memprihatinkan sebenarnya karena bila dibandingkan jumlah penduduk Negara kita yang namanya tenaga medis dengan level Dokter itu masih sangat jauh dari cukup. Begitu banyak terjadi kekurangan dokter di kota-kota menengah kita, apalagi di daerah-daerah pedalaman.
Sebagai perbandingan dengan Negara terdekat kita Malaysia, dari sejumlah 10 ribu penduduk di Malaysia bisa dilayani oleh 9 orang Dokter, sementara di Indonesia dari 10 ribu penduduk hanya ada 3 orang dokter yang bisa melayani. Jumlah dokter kita hanya sepertiga dari dokter yang ada di Malaysia bila dibandingkan dengan skala jumlah penduduk.
Kondisi itu diperparah dengan wilayah geografis kita yang tersebar diantara ribuan pulau. Jarak dari kota besar ke pedalaman mencapai puluhan ribu hingga ratusan ribu Km. Dan yang namanya di pedalaman Negara kita seperti di Papua, berkaitan dengan fasilitas dan infrastrukturnya memang masih sangat terbatas. Hal inilah yang membuat dokter-dokter muda kita akan berpikir dua kali kalau ditugaskan ke sana (pedalaman).
Kuliah kedokteran sangat mahal. Menjadi Dokter di pedalaman itu cukup sengsara (fasilitas dan infrastruktur sangat terbatas) dan Jasa/imbalan yang diterima hanya sedikit diatas UMR. Tetapi bila menjadi Dokter di kota besar bisa dikatakan sejahtera. Fasilitas dan infrastruktur sangat tersedia. Jasa/imbalan yang diterima juga bisa dinegoisasi dan bisa semaksimal mungkin karena daya beli masyarakat kota cukup tinggi.
Tidak ada orang yang mau rugi sehingga tidak salah dan sangat manusiawi bila seseorang yang berprofesi sebagai dokter memilih membuka prakter di kota besar dan menentukan tarifnya sendiri. Tidak salah juga bila para dokter lebih suka bekerja di RS berskala Internasional dimana imbalan jasa mereka bisa maksimal. Toh pekerjaannya juga masih menyelamatkan hidup para pasiennya. Tetapi di sisi lain fenomena ini membuat banyak dokter terkesan matre. Tidak bisa disalahkan karena kita sama-sama tahu bahwa Biaya Kuliah Kedokteran itu memang sangat mahal.
Kemudian kita bicara tentang BPJS, JKN maupun pengobatan gratis lainnya yang merupakan program pemerintah, bisa dikatakan program-program itu akan sulit berjalan bila setiap dokter yang ada dipaksa untuk menerima imbalan yang sesuai dengan kemampuan pemerintah. Gaji/jasa yang diberikan Pemerintah kalau dihitung-hitung selama sekian tahun tidak cukup untuk mengembalikan total biaya kuliah dari masing-masing dokter tersebut. Inilah salah satu problem besarnya.
Akar masalah dari kondisi itu adalah Mahalnya Biaya Kuliah Kedokteran. Bila akar masalah ini dapat dipecahkan maka jumlah mahasiswa kedokteran akan naik signifikan, begitu juga dengan jumlah Dokter di Indonesia akan dapat mengalami peningkatan cepat. Akan banyak dokter yang tersedia sehingga kebutuhan jasa medis dari masyarakatpun akan mulai tercukupi.
Salah satu perguruan tinggi negeri kita yaitu Universitas Padjadjaran Bandung sudah melakukan terobosan dengan menggratiskan Biaya Kuliah di Fakultas Kedokterannya. Unpad didukung oleh 27 Pemerintah Kota/Kabupaten seluruh Jawa Barat ditambah beberapa instansi Swasta yang memberikan Bea Siswa bagi para mahasiswa yang kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) terhitung mulai tahun pendidikan 2016.