Entah sudah berapa kali terjadi Tragedi Kemanusiaan di Mina, Arab Saudi. Kalau tidak salah tahun 1990 terjadi Tragedi Trowongan Mina telah menelan korban tewas mencapai 1.500 orang, hampir 700 orang berasal dari Indonesia. Dan musim haji tahun ini terjadi lagi tragedy di Mina dimana para Jemaah Haji saling bertabrakan dalam lautan manusia, saling menginjak sehingga sekitar 800 jemaah pun akhirnya meninggal dunia.
Kejadian yang berulang-ulang ini membuktikan bahwa Pemerintah Arab Saudi memang sebenarnya kurang mampu menyelenggarakan Perhelatan Tahunan Ritual Akbar yang melibatkan jutaan umat Muslim dari seluruh penjuru dunia.
Mungkin seharusnya untuk kedepannya Penyelenggaran Haji melibatkan banyak Negara sebagai panitya agar tidak lagi terjadi tragedi-tragedi seperti ini. Suara protes keras dari OKI (persatuan Negara-negara Islam) sudah meminta hal tersebut tetapi belum diketahui apakah Arab Saudi nantinya bersedia menyerahkan urusan Perhelatan Akbar Tahunan itu ke Negara-negara Islam di Jazirah Arab atau tidak.
Dari Detiknews dirilis berita tentang Kesaksian seorang Jemaah Haji yang nyaris tidak selamat dari lokasi kejadian. Dia pun berbagi cerita dimana dia mengalami detik-detik jatuhnya korban tragedy Mina tersebut.
Nur Supangkat yang ditemui Team Media Center Haji di Penginapan 405 Mekah, Arab Saudi terlihat sudah agak sehat meskipun baru saja kehilangan beberapa rekannya termasuk 3 orang rekan satu kamarnya. Dia pun mulai menceritakan pengalaman tragisnya dalam tragedy itu.
Sebagai Ketua rombongan Kelompok 16, Nur Supangkat bersama kelompoknya 11 orang berangkat dari Maktab di Mina menuju Jamarat (Tempat Melempar Jumroh) yang berjarak sekitar 6 Km pada pukul 06.10 waktu setempat.
Bersama teman-temannya mereka berjalan bergembira karena prosesi ini adalah prosesi terakhir dari rangkaian ibadah haji. Supangkat bercerita sepanjang perjalanan ke Jamarat tadinya lancar. Suasana jalan rute yang mereka lalui memang ramai seperti halnya semua rute menuju Jamarat. Mereka pun beberapa kali disalib rombongan-rombongan lain dari berbagai Negara. Saat itu belum terjadi masalah apa-apa dalam arus lautan manusia menuju tempat Lempar Jumroh (Jamarat).
Namun ketika sudah berjalan sekitar 5 Km, rombongan Nur Supangkat terpaksa berhenti karena rombongan yang beberapa meter didepan mereka sedang dihentikan oleh Barikade Iskar (Petugas Keamanan Arab Saudi). Pada posisi disitu lokasi Jamarat (tempat lempar Jumroh) sudah tampak terlihat karena letaknya lebih rendah dari rute 204 yang dilalui rombongan Supangkat.
Pada saat rombongan Supangkat berhenti di sebelah kiri dan kanannya juga berhenti rombongan Turki dan rombongan Afganistan. Beberapa menit kemudian rombongan-rombongan lain dari belakang mulai merapat sehingga ditempat itu mulai terjadi kepadatan manusia. Rute 204 yang di sisi kiri-kanannya dipagari pagar kokoh membuat rombongan-rombongan terdepan termasuk rombongan Supangkat mulai terdesak dari rombongan-rombongan di belakangnya.
Menurut Supangkat, saat itu volume manusia sudah semakin padat. Supangkat memperkirakan dalam 1 Meter persegi sudah ditempati oleh 10 orang Jemaah haji. Dan lautan manusia semakin menjepit ketika rombongan dari Afrika mencoba menerobos dari belakang.
Pada saat itulah terjadi detik-detik korban-korban mulai berjatuhan. Para Jemaah haji di posisi itu yang sudah berjalan 5 Km pada suhu udara Mekah yang panas (44 Derajat Celcius) mulai kelelahan karena berdiri berdesak-desakan diantara kepadatan tinggi lautan manusia.