Wisata desa menurut Sudibya (2018) adalah salah satu kegiatan kepariwisataan yang menawarkan keseluruhan suasan yang menonjolkan keaslian desa seperti pemandangan alam desa yang indah, kuliner, cenderamata, homestay dan sebagainya. dengan terbentukanya wisata di desa tentunya memberikan banyak manfaat bagi desa satu diantaranya sebagai sumber pendapatan baik pemerintah maupun masyarakat desa. Dalam sektor pariwisata terdapat konsep ekowisata yaitu destinasi wisata yang tidak hanya mempertimbangkan aspek daya tarik dan ekonomi, namun juga fokus kepada aspek ekologi.
Desa lekopancing terkhusus di dusun Palagai memiliki suatu potensi yaitu kawasan hutan bambu yang sangat luas nan menarik. terdapat satu kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi ekowisata, lokasinya berseberangan dengan sungai sehingga menambah daya tarik selain itu kawasan tersebut pernah dijadikan sebuah wisata beberapa tahun lalu, namun sudah lama tidak berjalan. berdasarakan hal tersebut KKNT-108 Desa Wisata Maros Posko Lekopancing Universitas Hasanuddin (UNHAS) menyambut potensi tersebut dengan membuat perancangan "Grand Design Ekowisata Kawasan Hutan Bambu" di desa Lekopancing.
Perancangan Grand Design Ekowisata Kawasan Hutan Bambu ditinjau dari berbagai aspek yaitu Daya Tarik, Ekonomi, Ekologi, CHSE, Kelembagaan dan Pemasaran dari wisata tersebut. dalam perancangan desainnya dibuat menjadi objek wisata yang milenial namun tetap tidak menghilangkan karakter dari kawasan tersebut dan fungsi ekologis dari hutan bambu. dilakukan perancangan selama satu bulan dengan output berupa desain dan beberapa dokumen pendukung (paper dan video).
"Grand design tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi desa lekopancing dalam merintis desa wisata yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi masyarakat desa Lekopancing" ucap Koordinator Desa KKNT-108 UNHAS Posko Lekopancing saat melakukan penyerahan. Serah terima perancangan Grand design tersebut disambut baik oleh pemerintah dan masyarakat desa. namun tentunya kendala dalam merealisasikan perancangan tersebut yaitu terkait anggaran pembuatannya, oleh karena itu dibutuhkan beberapa tahun kemudian agar desain tersebut bisa di realisasikan di desa lekopancing berdasarkan keterangan salah satu perangkat desa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H