Lihat ke Halaman Asli

Fadli Ammar

speechless

Jedag Jedug, Wajah Baru Remix Musik EDM di Indonesia

Diperbarui: 5 Januari 2022   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seringkali kita temukan remix musik EDM di berbagai platform sosial media seperti Tiktok atau YouTube yang terdengar seperti jedag jedug tetapi familiar di telinga. 

Genre musik EDM itu kerap disebut oleh netizen Indonesia dengan sebutan jedag jedug. Banyak sekali nama-nama DJ yang sering muncul di sosial media seperti, DJ Komang, DJ Santuy, dan sebagainya. 

Remix Jedag Jedug tanpa disadari sudah merubah kesan remix yang monoton dan itu-itu saja menjadi sebuah musik segar yang lebih bisa dinikmati banyak kalangan. 

Sejak awal kemunculan musik jedag jedug di aplikasi TikTok hingga saat ini sudah banyak masyarakat dari berbagai kalangan yang menikmatinya. 

Alih-alih terkesan kampungan, genre musik ini justru bisa menarik hati masyarakat yang dulu tidak suka dengan musik EDM dari mancanegara karena terdengar asing di telinga masyarakat lokal.

Musik DJ akrab dikenal dengan musik dugem atau EDM (Electronic Dance Music). Musik EDM, merupakan musik yang proses pembuatannya menggunakan hardware dan software.(Akbar, 2019) Proses pembuatan musik yang tidak membutuhkan banyak alat ini memberikan kemudahan bagi para kreator musik. 

Kemudahan ini pula yang membuat musik EDM mempengaruhi banyak komposer musik lokal untuk mulai berkreasi sendiri. Komposer lokal ini biasanya tidak membuat lagu dari awal tetapi hanya membuat remix dari lagu yang sudah ada sebelumnya. 

Contohnya seperti lagu milik Potret - Bagaikan Langit yang kemudian diganti aransemen musiknya dengan jedag jedug sehingga hasil remix nya kerap disebut dengan DJ Bagaikan Langit. 

Hasil remix yang sudah bertemakan jedag jedug ternyata justru lebih masuk di telinga para pendengar sehingga banyak masyarakat yang menyukainya. Banyak juga masyarakat yang tidak mengetahui lagu orisinalnya tapi malah lebih menikmati mendengarkan versi remix.

Kembali pada kebiasaan pop culture di tengah masyarakat, musik EDM dari barat seperti The Chainsmoker, Alan Walker, dan sebagainya tentu tidak akan bertahan untuk waktu yang lama. Tahun berganti dan selera musik masyarakat ikut berganti pula. 

Terlalu sering diputarkan di radio pada pusat perbelanjaan tentu saja membuat masyarakat jenuh, ditambah lagi ketika menonton acara televisi banyak yang menggunakan musik EDM tersebut sebagai backsound yang didengar berulang-ulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline