Lihat ke Halaman Asli

Fadli Arifin

Mahasiswa

macam-macam jenis kecelakaan kerja

Diperbarui: 22 Desember 2024   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

1. Pendahuluan
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diinginkan yang terjadi di tempat kerja, yang dapat menyebabkan cedera fisik, kerusakan properti, atau bahkan kematian. Kecelakaan kerja dapat terjadi pada siapa saja, baik itu pekerja yang berpengalaman maupun yang baru bekerja, di berbagai sektor industri, mulai dari konstruksi, manufaktur, hingga layanan kesehatan. Kejadian tersebut tidak hanya merugikan pekerja, tetapi juga dapat berdampak negatif pada perusahaan dan masyarakat.
Untuk mengurangi risiko kecelakaan kerja, penerapan prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sangat penting. K3 bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat, dan produktif. Melalui kebijakan dan prosedur yang tepat, perusahaan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelalaian, lingkungan kerja yang buruk, atau peralatan yang tidak terawat.
Artikel ini akan membahas berbagai jenis kecelakaan kerja yang umum terjadi di tempat kerja, serta cara-cara efektif untuk menanggulanginya. Dengan mengenal jenis-jenis kecelakaan kerja yang mungkin terjadi, diharapkan pekerja dan perusahaan dapat lebih siap dalam mengantisipasi risiko, meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan, dan mengimplementasikan langkah-langkah pencegahan yang tepat untuk menciptakan tempat kerja yang lebih aman.


2. Jenis-Jenis Kecelakaan Kerja
Kecelakaan Fisik
Kecelakaan kerja fisik adalah jenis kecelakaan yang menyebabkan cedera atau gangguan fisik pada tubuh pekerja. Jenis kecelakaan ini seringkali terjadi karena faktor lingkungan kerja yang tidak aman, peralatan yang rusak, atau kesalahan dalam pengoperasian mesin. Berikut adalah beberapa jenis kecelakaan kerja fisik yang umum terjadi di tempat kerja:
1. Kecelakaan akibat jatuh
Kecelakaan ini terjadi ketika pekerja terjatuh dari ketinggian atau tersandung benda yang ada di lantai. Kejatuhan ini bisa menyebabkan berbagai cedera, seperti patah tulang, cedera kepala, atau bahkan kematian. Kecelakaan jatuh biasanya terjadi di industri konstruksi, pergudangan, atau di lingkungan kerja yang memiliki lantai licin.
2. Kecelakaan akibat terjepit
Kecelakaan ini terjadi ketika bagian tubuh pekerja terjepit atau terhimpit oleh mesin, alat, atau bahan berat. Biasanya terjadi di industri manufaktur, konstruksi, atau transportasi, di mana pekerja harus berinteraksi dengan mesin atau barang berat.
3. Kecelakaan akibat terlindas
Kecelakaan ini terjadi ketika bagian tubuh pekerja terlindas oleh kendaraan atau alat berat, seperti truk atau forklift. Kecelakaan jenis ini sering terjadi di area yang padat atau ramai, seperti di gudang atau area konstruksi.
4. Kecelakaan akibat terbentur
Kecelakaan ini terjadi ketika pekerja terbentur atau terbentur benda keras yang jatuh atau berpindah posisi secara tiba-tiba. Benda yang jatuh dapat menyebabkan cedera seperti memar, patah tulang, atau cedera pada kepala.
5. Kecelakaan akibat tersengat atau terkena aliran listrik
Kecelakaan ini terjadi ketika pekerja tersentuh atau terpapar aliran listrik, yang dapat menyebabkan luka bakar, kerusakan jaringan tubuh, atau bahkan kematian. Kecelakaan ini sering terjadi di industri yang berhubungan dengan instalasi listrik atau mesin-mesin yang menggunakan listrik.
6. Kecelakaan akibat tertimpa benda berat
Kecelakaan ini terjadi ketika pekerja tertimpa benda berat yang jatuh atau terguling, seperti mesin, peralatan, atau material konstruksi. Benda berat ini bisa menyebabkan cedera serius, seperti patah tulang atau trauma internal.
7. Kecelakaan akibat kebakaran atau ledakan
Kecelakaan fisik ini dapat terjadi akibat api atau ledakan yang disebabkan oleh bahan mudah terbakar, kebocoran gas, atau kelalaian dalam pengoperasian mesin. Kecelakaan ini bisa menyebabkan luka bakar parah, cedera internal, atau bahkan kematian.

Kecelakaan Kimia
Kecelakaan kimia saat kerja terjadi ketika pekerja terpapar bahan kimia berbahaya yang dapat mengakibatkan cedera fisik atau masalah kesehatan. Jenis kecelakaan kimia ini dapat berisiko tinggi, karena bahan kimia tertentu dapat menyebabkan keracunan, luka bakar, gangguan pernapasan, atau bahkan kebakaran dan ledakan. Berikut adalah beberapa jenis kecelakaan kimia yang sering terjadi di tempat kerja beserta penjelasannya:
1. Paparan gas beracun
Paparan gas beracun seperti karbon monoksida (CO), amonia (NH), atau hidrogen sulfida (HS) dapat terjadi ketika bahan kimia tersebut bocor dari sistem penyimpanan atau pemrosesan. Gas-gas ini sangat berbahaya karena tidak terlihat dan sering kali tidak berbau, membuat pekerja tidak sadar akan adanya paparan. Gas beracun dapat menyebabkan keracunan, sesak napas, bahkan kematian.
2. Tertelan atau terhirup zat kimia berbahaya
Bahan kimia cair atau padat yang tertelan atau terhirup dapat menyebabkan gangguan serius pada saluran pencernaan, pernapasan, atau sistem saraf. Misalnya, asam sulfat (HSO), klorin (Cl), atau formaldehida dapat menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan atau gangguan pernapasan.
3. Kontak dengan bahan kimia yang mengiritasi atau membakar kulit
Beberapa bahan kimia, seperti asam klorida (HCl), natrium hidroksida (NaOH), atau produk berbahan basis alkali lainnya, dapat menyebabkan luka bakar kimia apabila bersentuhan dengan kulit. Luka bakar ini bisa menyebabkan iritasi kulit yang parah, kerusakan jaringan, atau infeksi jika tidak segera ditangani.
4. Ledakan atau kebakaran bahan kimia
Beberapa bahan kimia, seperti gas mudah terbakar (misalnya metana, etanol) atau bahan kimia reaktif (seperti natrium atau kalium), dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan jika terpapar api atau panas yang berlebihan. Bahan kimia ini sangat berisiko di industri yang melibatkan penyimpanan atau pengolahan zat-zat mudah terbakar.
5. Kontaminasi dengan debu kimia
Debu kimia seperti silika, asbes, atau debu bahan kimia lainnya dapat terhirup oleh pekerja, menyebabkan iritasi saluran pernapasan atau penyakit serius seperti pneumokoniosis atau kanker paru. Kontaminasi debu ini sangat berbahaya dalam industri konstruksi, pertambangan, atau pengolahan bahan kimia.
6. Reaksi kimia yang tidak terduga
Reaksi kimia yang tidak terduga atau tidak terkendali dapat terjadi ketika dua atau lebih bahan kimia bercampur dan menghasilkan gas berbahaya, panas berlebih, atau ledakan. Hal ini bisa terjadi jika bahan kimia disimpan atau digunakan tanpa memperhatikan reaktivitasnya, seperti campuran bahan yang dapat menyebabkan reaksi berbahaya (misalnya asam dengan alkali).
7. Paparan radiasi kimia
Beberapa bahan kimia juga dapat melepaskan radiasi yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Misalnya, zat radioaktif seperti uranium atau radon yang dapat menyebabkan kerusakan DNA, meningkatkan risiko kanker, dan masalah kesehatan lainnya jika tidak ditangani dengan hati-hati.

Kecelakaan Ergonomi
Kecelakaan kerja ergonomis berhubungan dengan cedera atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh postur tubuh yang tidak tepat, gerakan berulang, atau beban fisik yang berlebihan saat bekerja. Jenis kecelakaan ini seringkali terjadi secara perlahan dan dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang jika tidak segera ditangani. Berikut adalah beberapa jenis kecelakaan kerja ergonomis yang sering terjadi di tempat kerja:
1. Gangguan otot dan sendi (Musculoskeletal Disorders / MSD)
Gangguan otot dan sendi adalah salah satu jenis kecelakaan ergonomis yang paling umum. Hal ini terjadi akibat beban yang berlebihan atau posisi tubuh yang tidak alami dalam waktu yang lama, yang menyebabkan nyeri, peradangan, atau kerusakan pada otot, tendon, ligamen, atau sendi. Contoh gangguan otot dan sendi meliputi:
Sindrom terowongan karpal: Nyeri atau mati rasa pada tangan atau pergelangan tangan akibat gerakan berulang atau tekanan pada saraf.
Tendinitis: Peradangan pada tendon akibat gerakan berulang atau postur yang tidak tepat.
Lumbago (nyeri punggung bawah): Nyeri pada bagian bawah punggung yang disebabkan oleh posisi duduk atau mengangkat beban yang tidak tepat.
2. Cedera akibat pengangkatan beban yang salah
Mengangkat beban yang berat atau tidak terdistribusi dengan baik dapat menyebabkan cedera pada punggung, leher, atau kaki. Cedera ini sering kali terjadi di tempat kerja yang melibatkan pengangkatan atau pemindahan barang-barang berat, seperti di gudang, konstruksi, atau industri manufaktur.
3. Cedera akibat posisi duduk yang tidak ergonomis
Pekerjaan yang melibatkan duduk dalam waktu lama, seperti di kantor atau di depan komputer, dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti nyeri punggung, leher, atau bahu. Posisi duduk yang tidak ergonomis atau kursi yang tidak sesuai dengan postur tubuh dapat memicu ketegangan otot atau cedera jangka panjang.
4. Cedera akibat gerakan berulang
Gerakan berulang yang dilakukan dalam waktu lama, seperti mengetik, mengoperasikan mesin, atau mengangkat benda dalam posisi yang sama, dapat menyebabkan cedera pada otot, tendon, atau sendi. Contoh cedera akibat gerakan berulang termasuk carpal tunnel syndrome atau tendinitis.
5. Kelelahan otot atau kelelahan fisik
Kelelahan otot atau fisik sering terjadi akibat pekerjaan yang membutuhkan tenaga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Misalnya, pekerja yang melakukan tugas fisik berat tanpa cukup waktu untuk beristirahat atau pekerja yang terlibat dalam kegiatan yang memerlukan penggunaan otot terus-menerus.
6. Cedera akibat tekanan atau penekanan yang terlalu lama pada tubuh
Cedera ini terjadi ketika tubuh atau bagian tubuh tertentu, seperti lengan, punggung, atau kaki, mengalami tekanan atau penekanan dalam waktu yang lama, yang menghambat aliran darah dan menyebabkan rasa sakit atau mati rasa. Misalnya, pekerja yang terus-menerus membungkuk atau memegang alat dalam posisi yang tidak berubah dapat mengalami masalah ini.
7. Sindrom tungkai atau syaraf terjepit
Kondisi ini terjadi ketika saraf di tubuh terkompresi atau terjepit akibat postur yang buruk atau tekanan fisik yang berlebihan. Salah satu contoh adalah sindrom piriformis, yang terjadi ketika otot piriformis menekan saraf sciatic, menyebabkan rasa sakit dan mati rasa pada kaki.

Kecelakaan Psikososial
Kecelakaan kerja psikososial merujuk pada dampak negatif yang terjadi pada kesehatan mental dan emosional pekerja akibat faktor-faktor di tempat kerja, seperti stres, tekanan pekerjaan, dan hubungan interpersonal yang buruk. Jenis kecelakaan ini sering kali tidak terlihat secara fisik, tetapi dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan terhadap kesejahteraan pekerja. Berikut adalah beberapa jenis kecelakaan kerja psikososial yang sering terjadi di tempat kerja:
1. Stres kerja (Work-Related Stress)
Stres kerja adalah reaksi fisik dan emosional yang timbul akibat tuntutan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan atau sumber daya yang dimiliki oleh pekerja. Stres dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti beban kerja yang berlebihan, tekanan waktu, konflik dengan rekan kerja atau atasan, serta kurangnya dukungan sosial di tempat kerja. Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan gangguan fisik dan psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau masalah jantung.
2. Burnout
Burnout adalah kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental yang disebabkan oleh stres kerja yang berkepanjangan. Pekerja yang mengalami burnout sering merasa tidak termotivasi, kurang produktif, dan kehilangan minat pada pekerjaannya. Burnout dapat menyebabkan depresi, gangguan tidur, dan masalah kesehatan lainnya jika tidak segera ditangani.
3. Gangguan kesehatan mental (depresi, kecemasan, dan gangguan tidur)
Lingkungan kerja yang penuh tekanan, konflik, atau kurangnya pengakuan atas kinerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Stres yang berkepanjangan dapat mengganggu kualitas tidur, yang kemudian memperburuk kondisi fisik dan mental pekerja.
4. Perundungan atau bullying di tempat kerja
Perundungan atau bullying di tempat kerja adalah perlakuan tidak adil atau kasar yang dilakukan oleh rekan kerja atau atasan terhadap seseorang. Ini bisa berupa penghinaan verbal, ancaman, atau pengucilan sosial yang menurunkan harga diri dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak aman secara emosional. Bullying dapat menyebabkan gangguan kecemasan, depresi, dan bahkan gangguan stres pascatrauma (PTSD) pada korban.
5. Kekerasan di tempat kerja
Kekerasan di tempat kerja dapat berupa agresi fisik atau verbal yang terjadi antara rekan kerja, atasan, atau bahkan dengan pelanggan. Kekerasan ini dapat menyebabkan trauma psikologis pada korban, serta menciptakan ketidakamanan fisik dan mental di tempat kerja. Jenis kekerasan ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti pemukulan, ancaman, atau intimidasi.
6. Keseimbangan kehidupan kerja yang buruk (Work-Life Imbalance)
Ketika pekerjaan menghabiskan sebagian besar waktu dan energi pekerja, ini dapat mengganggu keseimbangan kehidupan kerja dan pribadi mereka. Keseimbangan yang buruk antara pekerjaan dan kehidupan pribadi dapat menyebabkan stres, masalah hubungan keluarga, dan pengabaian terhadap kesehatan fisik dan mental.
7. Tekanan sosial dan diskriminasi
Diskriminasi atau tekanan sosial di tempat kerja, baik itu berdasarkan jenis kelamin, ras, usia, orientasi seksual, atau disabilitas, dapat menyebabkan stres psikososial yang berat. Pekerja yang mengalami diskriminasi atau marginalisasi cenderung merasa tidak dihargai, yang dapat mengarah pada penurunan moral, stres, dan gangguan psikologis.
8. Ketidakpastian pekerjaan
Ketidakpastian terkait dengan keamanan pekerjaan, seperti risiko pemutusan hubungan kerja (PHK), perubahan besar dalam organisasi, atau ketidakjelasan mengenai masa depan pekerjaan, dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berkepanjangan. Pekerja yang merasa terancam dengan kondisi ini dapat mengalami gangguan psikologis yang berpengaruh pada kinerja mereka.
9. Kesimpulan
Kecelakaan kerja dalam Kerja Kesehatan dan Keselamatan (K3) merupakan peristiwa yang dapat menyebabkan cedera atau gangguan pada kesehatan pekerja yang terjadi selama atau akibat aktivitas di tempat kerja. Kecelakaan kerja ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain kecelakaan fisik, kimia, ergonomis, dan psikososial, yang masing-masing memiliki dampak yang berbeda terhadap pekerja dan organisasi.
Pentingnya mengenal dan memahami jenis-jenis kecelakaan kerja adalah langkah awal dalam upaya pencegahan dan penanggulangan di tempat kerja. Penerapan prinsip-prinsip K3 yang baik, seperti penggunaan alat pelindung diri (APD), pengaturan lingkungan kerja yang aman, serta program pelatihan dan penyuluhan tentang keselamatan, akan mengurangi potensi terjadinya kecelakaan. Selain itu, perusahaan perlu menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kesehatan mental dan fisik pekerja, mengurangi stres, serta memberikan dukungan dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan mengidentifikasi potensi bahaya, mengedukasi pekerja, dan melibatkan semua pihak dalam menjaga keselamatan, kecelakaan kerja dapat diminimalisir, sehingga tercipta tempat kerja yang lebih aman dan produktif. K3 bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga investasi jangka panjang untuk kesejahteraan pekerja dan kelangsungan operasional perusahaan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline