[caption id="attachment_306391" align="aligncenter" width="300" caption="Foto: Saya dan Prof Yusril di komplek Masjid Sultan Riau "][/caption]
Kesempatan tulisan saya kali ini, mengangkat sosok seorang tokoh pakar hukum tata Negara dan politik yg saat ini menjabat Ketua Majelis Syuro Partai Bulan BIntang (PBB). Ya, siapa yang tak kenal dengan Prof Yusril Ihza Mahendra, beliau ternyata seorang berdarah keturunan Melayu. Mantan Menteri Hukum dan Ham RI di 3 kabinet presiden berbeda ini, memang seorang yang dilahirkan dan dibesarkan di Pulau Belitung Provinsi Babel, namun Almarhum Kakeknya yg bernama Haji Taib, adalah anak watan negeri Melayu yang datang dari Johor dan berhijrah ke Pulau Belitung.
Kakeknya pula seorang bangsawan bergelar Tengku. Hal itu saya ketahui langsung dari cerita beliau, saat meliput kunjunganya ke Bumi Gurindam untuk berziarah ke Pulau Penyengat Indera Sakti Kota Tanjungpinang. Dalam kunjungan singkatnya di Tanjungpinang, Yusril sekaligus memenuhi undangan dari Dewan Dakwah Islamiah Indonesia (DDII) sebagai menjadi pembicara dalam forum dialog bersama tokoh nasional dengan tema "Dibawa ke Mana Arah Hukum dan Politik Indonesia".
Ziarah makam dan wisata religi di pulau penyengat indera sakti, juga disertai rombongan para pengurus dan kader partai PBB Kepri. Perjalanan dari Tanjungpinang ke pulau penyengat cukup ditempuh selama 5 menit, dengan menaiki perahu bermesin speed boat. Di pulau kecil yang banyak menyimpan cerita sejarah itu, Yusril menyinggahi sejumlah lokasi situs cagar budaya diantaranya diawalai Masjid Sultan Riau untuk melaksanakan solat Sunnah, dilanjutkan ke komplek Makam Engku Putri Raja Hamidah dan Raja Ali Haji, perjalanan berlanjut ke komplek makam Raja Haji Fisabilillah, makam Embung Fatimah, berikut makam zuriat kerabat kerajaan Riau Lingga lainnya.
Yusril dengan khusyuk mendo'akan arwah para pendahulu keluarganya. Perjalanan berkeliling pulau seluas 3,5 KM persegi ini, dapat ditempuh dengan naik angkutan becak sepeda motor. Pulau Penyengat terdapat jejak keemasan peradaban Melayu di semenanjung malaka dan nusantara yang memainkan peran penting bagi perjalanan syiar islam di asia tenggara. Bagi Yusril sendiri, mengunjungi pulau yang penuh kenangan itu baginya tidak sekedar seorang yang datang untuk berdarmawisata, melainkan disinilah nenek moyangnya berasal dan berhijrah.
Meski sesibuk apapun aktifitas yang dijanali, hampir setiap tahun kunjungan ziarah itu dilakukannya. Menurut yusril, didalam keluarganya mewarisi semangat keagamaan, intelektual dan dinamika yang tak pernah padam dari semangat Melayu dan Islam. Zaman akan terus berubah dan berganti, generasi demi generasi akan datang dan pergi, namun semangat ini sekali-kali tak boleh lenyap ditelan masa. Bagi Yusril, Pulau Penyengat penuh makna bukan saja bagi nusantara, tetapi juga bagi dunia Melayu pada umumnya.
Di zaman keemasan kesultanan Riau dahulu, pulau ini bukan saja menjadi pusat pemerintahan, bahkan pusat kebudayaan dan keagamaan. Raja Ali haji bin Raja ahmad, beliau tokoh bergelar pahlawan nasional bidang bahasa karena amat berjasa mengembangkan bahasa Melayu modern.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H