Lihat ke Halaman Asli

Hari Ibu, Hari Semesta

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kudengar ada perayaan

Dari bocah-bocah yang ingin memberi persembahan

Teruntuk sosok penuh darma

Entah itulah bakti, atau untuk menebus pamrih?

Suatu ketika hening beradu dengan tangis seonggok jasad suci

Sikecil yang belum berdaya mengurus diri

Bahkan untuk menyuarakan ingin

Dahsyatnya, ada jalinan yang membuat ia mengerti isyarat-isyarat sikecil

Bahkan tanda yang tak seorangpun tahu

Ada sejarah, dimana kita menjadi lakon utama

Waktu itu kita belum cukup usia

Sehingga kita pastilah sama sekali lupa

Hanya, orang-orang sering bercerita tentang ini dan itu, begini dan begitu !

Aku memanggilnya Mama

Yang lain memanggilnya dengan sapaan mesra Ibu dan Bunda

Itulah panggilan-panggilan terkasih

Bagiku, Ia setengah dari semesta

Tak usah memberinya tanda kehormatan

Ia hidup bukan untuk menerima hadiah-hadiah nobel

Layaknya pahlawan-pahlawan kemanusiaan dan perdamaian di seberang sana

Ia dicipta sebagai manifestasi dari keagungan Sang Hiyang Taya

Jika harus ada hari yang dipersembahkan untuk dirinya

Itulah hari semesta

Maka, jadilah generasi yang hidup untuk semesta

Kiranya itu, tak lagi perlu ada kata durhaka

Kita seketika itu, telah memenuhi janji dari alam azali

Sabda berbakti ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline