Saat HP Motorola baru berjaya,HP sebesar batu bata menjadi kebanggaan orang-orang yang menentengnya. Kalau sudah membawa HP itu lalu saat rapat dengan klien HP itu diletakkan di meja, rasanya sudah mengikuti zaman. Hanya yang berkantung tebal yang sanggup memilikinya.
Begitu juga yang menenteng Nokia Communicator. Rasanya sudah sangat hebat dan memang pada masa itu HP itu hanya sanggup dibeli oleh pejabat atau pengusaha atas karena harganya yang sangat woww.
Kemudian datang Blackberry. Orang-orang ramai memiliki Blackberry. Adalah suatu kebanggaan saat seseorang bisa memberi PIN Blackberrynya. Tidak memiliki PIN BB dijamin bisa membuat seorang karyawan di area Segitiga emas Jakarta merasa minder.
Kemudian pelan-pelan muncul HP Samsung yang masih dianggap sebelah mata. Bahkan pegadaian pun menolak HP Samsung. Di pegadaian tertulis dengan jelas gadai hanya menerima HP Nokia dan Blackberry.
Bahkan pada saat istri saya akan membeli HP baru saat itu di tahun 2000an awal saya katakan ,"Kalau tidak Nokia, jangan beli." Sungguh besar keyakinan pada Nokia saat itu.
Perlahan Samsung mulai membesar dan memberikan banyak pilihan produk. Bahkan iklan masif pun dilakukan.
Saya sempat heran di tahun 2000 pertengahan, saat masuk ke area HP di sebuah mal di kawasan Cempaka Putih. Semua outlet bertuliskan SAMSUNG. Sungguh iklan yang sangat masif
Sekarang nama Nokia, Motorola, Blackberry, dan Sony mungkin adalah nama yang kurang familiar untuk telinga ABG, yang mereka kenal adalah Samsung, Apple, Oppo, Huawei, Xiaomi.
Kebanggaan menenteng dan meletakkan HP di atas meja saat meeting mungkin tidak seheboh saat itu. Semua serba biasa saja . Tapi kalau Apple mungkin masih membuat bangga pemiliknya saat meeting.
Nama-nama besar yang dulu sempat ada sekarang pudar dan beberapa berjuang mengembalikan kebesarannya tapi agak sulit.