Lihat ke Halaman Asli

Algoritma Medsos: Berkah atau Malapetaka?

Diperbarui: 20 Januari 2025   15:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Era digital yang terus berkembang saat ini menjadikan media sosial bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-sehari, terkhusus indonesia yang memiliki salah satu populasi pengguna media sosial terbesar di dunia. Platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter yang bukan hanya sebagai alat komunikasi tetapi juga sebagai ruang terbentuknya sebuah opini publik melalui pertukaran informasi yang saling mempengaruhi. Aktifitas penggunaan sosial media yang tampak sederhana membentuk algoritma yang menentukan konten apa yang akan dilihat oleh pengguna.

Algoritma media sosial dirancang untuk memprioritaskan konten yang dianggap paling relevan atau menarik oleh pengguna. Sistem ini juga menciptakan fenomena echo chamber dan polarisasi pandangan, yang dimana membuat pengguna hanya tersajikan konten dan informasi yang mendukung pandangan mereka sendiri sehingga fenomena ini dapat mempersempit pembentukan persepsi dan hanya memperkuat kecenderungan pada informasi yang ada. Hal ini tentu sangat mempengaruhi masyarakat dalam melihat isu-isu politik, sosial, budaya, dan juga dapat mempengaruhi mereka dalam berperilaku dan mengambil keputusan, dalam hal ini algoritma juga dapat memanipulasi emosi pengguna sosial media.

Salah satu tantangan besar dari pengaruh algoritma media sosial adalah penyebaran misinformasi dan berita hoaks. Algoritma yang didesain untuk meningkatkan keterlibatan sering kali mengutamakan konten yang sensasional atau kontroversial. Konten semacam ini lebih mungkin untuk dibagikan, meskipun kebenarannya diragukan. Akibatnya, berita palsu atau hoaks dapat menyebar dengan cepat, membentuk opini publik yang tidak berdasarkan fakta. Tidak hanya misinformasi dan berita palsu yang menjadi tantangan bagi individu maupun sosial, algoritma juga sangan berpengaruh besar dalam konteks politik. Dalam hal ini algoritma dapat memengaruhi preferensi pemilih dengan menampilkan konten yang mendukung satu kandidat atau ideologi tertentu, sehingga mempengaruhi hasil pemilihan umum. Penggunaan algoritma oleh tim kampanye politik dapat meningkatkan polarisasi politik dan memperkuat dukungan terhadap kandidat tertentu melalui kampanye terarah yang menggunakan data perilaku pengguna media sosial.

Algoritma media sosial memiliki potensi besar untuk membentuk opini publik, baik secara positif maupun negatif. Di satu sisi, algoritma dapat meningkatkan pengalaman pengguna dengan menyajikan konten yang relevan. Namun, di sisi lain, algoritma juga dapat menyebabkan polarisasi, penyebaran misinformasi, dan mempersempit ruang dialog publik yang konstruktif. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang lebih transparan dari platform media sosial mengenai bagaimana algoritma bekerja. Selain itu, literasi digital perlu ditingkatkan di kalangan masyarakat untuk mengurangi dampak negatif dari personalisasi konten yang berlebihan.

Referensi

We Are Social & Hootsuite. (2024). Digital 2024: Indonesia.

https://datareportal.com/reports/digital-2024-indonesia

https://journal.ugm.ac.id/v3/BIP/article/download/423/557

https://www.kompasiana.com/bayure/656a0b23de948f75a431ff92/demokratisasi[1]media-sosial-algoritma-ruang-publik-inklusifitas-digital-dan-fenomena-echo[1]chamber?page=all&page_images=2

Astried Silvanie, dkk.(2024) Tinjauan Komprehensif tentang Dampak Algoritma Media Sosial. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin Volume 2, Nomor 8, Agustus 2024, Halaman 189-195. https://doi.org/10.5281/zenodo.13253688

https://www.kompas.id/baca/riset/2023/12/14/media-sosial-pengaruhi-pemilih-pada[1]pemilu-2024   

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline