Kabar membahagiakan bagi sebuah perjuangan konservasi adalah ketika mendengar laporan pertumbuhan pohon langka yang satu ini memiliki survival rate yang baik. Bukan tanpa perjuangan untuk menanam anakan pohon Saninten di Desa Suntenjaya, Lembang, sebab mencari bibit nya pun cukup membuat kesulitan.
Komitmen ini tentu memegang peranan penting, bukan hanya tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Perusahaan tetapi dampak keberlanjutan pada lingkungan khususnya di Desa Suntenjaya. Tak ingin menunda lebih lama lagi dan menunggu lebih banyak lagi lahan yang dialihfungsikan yang dapat menurunkan daya resapan dan kekuatan tanah. Maka sejak 2021, Blok Konservasi Saninten dari Pertamina AFT Husein Sastranegara resmi didirikan.
Terdapat dua poin yang cukup mewakili tentang pentingnya Kawasan Konservasi Saninten. Yang pertama, tujuannya dalam melestarikan keanekaragaman hayati yakni menambah jumlah Pohon Saninten di Jawa Barat sebagai pohon langka. Kedua, menjawab tantangan nyata dari degradasi lahan yang mengancam wilayah Bandung Utara.
Dalam pelaksanaan konservasinya, upaya ini dilakukan dengan tetap menerapkan partisipasi masyarakat, yakni menggandeng warga lokal yang notabenenya adalah para petani di Desa Suntenjaya untuk jadi agen konservasi. Petani-petani ini diajak untuk menjaga anakan pohon Saninten yang di tanam di Blok Konservasi yang juga menyatu dengan kebun kopi dan sayuran milik warga lokal.
Awal mula untuk mengajak petani ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi kepada petani yang tergabung sebagai binaan CSR Pertamina AFT Husein Sastranegara. Binaan yang dimaksud adalah binaan Program Sekop Seni (Sentra Kopi Sejahterakan Petani). Lebih spesifik lagi, petani yang menjadi agen konservasi ini adalah petani kopi. Mereka juga menanam kopi di bawah tutupan pohon-pohon besar, yang juga terdapat pohon langka Saninten.
Antara kopi dan pohon Saninten ini juga menarik untuk dibahas, saking menariknya kini binaan Program Sekop Seni juga eksis membawa kopi dari Desa Suntenjaya sebagai unit usaha produktif bernama Walatra Coffee. Sebuah merek kopi lokal dari hulu ke hilir dengan konsep Agroforestry yang dikelola oleh Koperasi Buana Walatra Sejahtera (BWS). Mari kita bahas ini di lain waktu, karena tulisan ini akan lebih berfokus tentang Petani sebagai Agen Konservasi.
Jadi seperti apa perjalanan bibit-bibit pohon Saninten yang telah ditanam dapat bertahan hingga sekarang?
Tidak ada dinding pembatas di wilayah konservasi dikarenakan tidak diperbolehkan membangun bangunan/memagari kawasan. Rusaknya anakan pohon Saninten akibat ancaman kondisi alam dan ancaman manusia sangat mungkin terjadi.
Contohnya terinjak oleh orang yang lalu lalang, terlindas kendaraan pengangkut hasil kebun dan sayur, atau bisa saja ulah sengaja oknum yang gatal untuk mencabutnya. Semua ini mungkin terjadi karena ketidaktahuan bahwa disitu terdapat anakan pohon Saninten yang sedang menikmati masa pertumbuhannya. Maka ketidaktahuan ini harus dibayar dengan sebuah edukasi.
Sejumlah kekhawatiran ini tentu harus diantisipasi selain dengan menandai anakan Saninten dengan tag berwarna kuning sebagai warning system, upaya yang lebih hidup juga perlu dilakukan. Maka kita libatkan mereka-mereka yang sehari-harinya lebih banyak menghabiskan waktu di kebun-ladang-hutan yang ada di sekitar area konservasi Saninten. Mereka lah para petani di Desa Suntenjaya.
Keberadaan program Sekop Seni dari CSR Pertamina AFT Husein Sastranegara menjadi wadah bagi para petani dan warga lokal untuk memainkan perannya sebagai agen konservasi. Aksi sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan saling mengingatkan kepada siapapun yang melewati kawasan konservasi untuk berhati-hati dan lebih peka dengan keberadaan anakan pohon Saninten. Karena, tak sedikit ukuran pohon yang masih di bawah satu meter, sehingga rawan terinjak karena menyatu dengan rumput liar di sekitarnya.