Lihat ke Halaman Asli

Fadiyah Munifah

Hobi naik gunung dan work from cafe yang sesekali jiwa content creator nya muncul. Sedang dalam perjalanan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama.

Menghidupkan Kampung Iklim melalui Program CAPLIM (Campaka Kampung Iklim) di Kecamatan Andir, Bandung

Diperbarui: 16 September 2023   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi CSR DPPU Husein Sastranegara

Isu perubahan iklim semakin ramai dibicarakan di masyarakat, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan menjadi lautan fakta yang tak terelakkan. Walaupun ada sebagian masyarakat yang belum mengenal istilah-istilah seperti krisis iklim dan emisi gas rumah kaca, tetapi keresahan terkait dampak dari perubahan iklim nyata dirasakan oleh masyarakat. Seperti halnya yang dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Campaka di Kecamatan Andir, Kota Bandung. Masalah lingkungan seperti kekeringan dan banjir menjadi masalah yang berulang di Kelurahan Campaka. Masalah lingkungan ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim seperti musim kemarau yang berkepanjangan dan peningkatan volume air dari curah hujan yang tinggi.

Darurat sampah dan hasil limbah rumah tangga maupun industri di sekitar kelurahan juga menimbulkan ketidaknyamanan. Berangkat dari sejumlah permasalahan yang ada di Kelurahan Campaka, maka diperlukan suatu gerakan untuk mengakomodir pemecahan masalah tersebut melalui aksi lokal namun berdampak global. Seperti yang kita tahu bahwa isu perubahan iklim adalah isu global, tetapi gerakan perubahan dapat dimulai bahkan dari lingkup masyarakat terkecil seperti kelurahan.

Masyarakat di Kelurahan Campaka bersama dengan CSR PT Pertamina  Patra Niaga DPPU Husein Sastranegara secara aktif menjalankan program Campaka Kampung Iklim (CAPLIM)  sejak tahun 2022. Tentu, CAPLIM ini memiliki andil besar dalam mewadahi partisipasi masyarakat dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang sejalan dengan tujuan dari Program Kampung Iklim (PROKLIM) dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

Program Campaka Kampung Iklim (CAPLIM) bermula dari sebuah inisiasi bernama Campaka Sobat Bumi di tahun 2017 antara CSR DPPU Husein dengan masyarakat Kelurahan Campaka, tetapi untuk membuat dampak yang lebih berkelanjutan dibuat lah program yang lebih holistik. CAPLIM menjadi wadah bagi masyarakat yang ada di Kelurahan Campaka untuk membangun ketahanan terhadap dampak perubahan iklim melalui penguatan berbagai aspek seperti lingkungan, ekonomi, dan sosial.

Dalam program CAPLIM kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim bukan hanya dilakukan dari sisi lingkungan fisik seperti aksi bersih-bersih sungai atau sampah saja. Kehadiran CAPLIM juga menyasar pada peningkatan ketahanan ekonomi dan ketahanan sosial masyarakat di Kelurahan Campaka. Hal ini menjadi transformasi positif dari program CAPLIM dibandingkan dengan program sebelumnya yakni Campaka Sobat Bumi.

Fokus dari setiap sub program yang ada  dalam CAPLIM mengacu pada identifikasi permasalahan yang ada di Kelurahan Campaka dan hasil dari analisis kebutuhan masyarakat. Seperti yang disebutkan terkait dengan transformasi positif, CAPLIM mengedepankan pemberdayaan masyarakat melalui PAPIRUSH (Para Pemuda Berwirausaha), SAORI (Sampah Olahan Sendiri), MASTER JAHIT (Masyarakat Terampil Menjahit), BUSA JARIK (Buruan Sae Belajar Hidroponik), dan BERKELANA (Bersama Kelompok Tanggap Bencana).

Menariknya, program CAPLIM juga diperkaya dengan konsep kewirausahaan sosial dimana terdapat pemanfaatan limbah pakaian dan limbah sampah plastik yang dapat menghasilkan barang dengan nilai ekonomis melalui konsep recycle atau daur ulang. Masyarakat juga dibekali keterampilan wirausaha melalui kegiatan hidroponik dan keterampilan menjahit. Kegiatan yang ada dalam program CAPLIM saling terkoneksi sehingga aspek berkelanjutannya dapat dipertanggungjawabkan. Bukan hanya itu, kelompok-kelompok yang menjadi binaan juga melibatkan kelompok perempuan hal ini ditandai dengan adanya Kelompok Wanita Tani dalam program hidroponik.

Dokumentasi CSR DPPU Husein Sastranegara

Pak Wildan salah satu local hero dalam program SAORI (Sampah Olahan Sendiri) mengungkapkan bahwa budidaya maggot sangat potensial dari sisi ekonomi dan juga lingkungan yang lebih lestari. Menurut beliau optimisme harus dijaga dan terus dibangun, karena faktanya tidak lah mudah mewujudkan gaya hidup yang ramah lingkungan melalui pengolahan sampah organik dari masing-masing rumah.

Walaupun begitu, tantangan itu tidak menyurutkan niat baik dari setiap pihak yang terlibat dalam program CAPLIM masyarakat Kelurahan Campak dan CSR DPPU Husein. Bahkan kini kelompok budidaya maggot di Kelurahan Campaka telah bekerja sama dalam lingkup yang lebih luas yakni bersama restoran atau rumah makan serta industri yang menghasilkan sampah makanan atau sampah organik agar dapat diolah kembali. Pemanfaatan limbah organik melalui budidaya maggot menghasilkan pupuk untuk tanaman, pakan untuk ayam, bebek dan ikan  lele.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline