Lihat ke Halaman Asli

Fadil S. Isnan

Teman Bercakap

Apakah Ideologi Islam Masih Relevan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14288818341867254435

[caption id="attachment_409605" align="aligncenter" width="600" caption="looklex.com"][/caption]

Kenapa Indonesia yang mayoritas masyarakatnya Islam kalah dengan Eropa dan Amerika yang justru menjunjung tinggi kebebasan dan demokrasi?

Apakah Ideologi Islam masih relevan saat ini?

Itulah kiranya pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak beberapa masyarakat Indonesia saat ini. Jika kita lihat negara-negara maju seperti Eropa, Amerika, bahkan Jepang, kita pasti akan berpikir bahwa hidup di sana serba enak dan nyaman. Namun, apakah kita pernah berpikir bahwa sejak dari kapan sih negara tersebut benar-benar duduk dalam kenyamanan? Kita contohkan saja Belanda.

Negeri Belanda baru bisa hidup nyaman hanya dimulai sekitaran tahun 1960-an, artinya baru 50-an tahun. Marilah kita coba tarik ke belakang. London di tahun 1800-an mengalami peradaban paling rendah, serendah-rendahnya peradaban. Bayangkan saja di jalanan sana, kotoran-kotoran hewan menumpuk bisa sampai batas lutut orang dewasa. Artinya, memang London saat ini sedang berada di roda paling bawah.

Amerika sendiri di tahun 1965, masih terdapat konflik perbedaan rasa. Migrasi orang-orang Eropa ke Amerika saat itu juga tinggi sehingga menimbulkan konflik perebutan wilayah. Jika dirata-rata, konflik ini bisa berlansung 10 tahun sekali. Dekade ini pula, sekitar tahun 1900-an, konflik perebutan resources pasca revolusi industri berlangsung sangat panas.

[caption id="attachment_409606" align="aligncenter" width="600" caption="ayodonkbaby.files.wordpress.com"]

1428881870795081800

[/caption]

Setelah bebas dari kekangan kapitalis, mereka berebutan sumber daya yang menyebabkan pecahnya Perang Dunia I yang menyebabkan Jerman kalah. Selanjutnya muncullah Hitler yang dengan kejam membunuh jutaan manusia di seluruh dunia. Kehancuran Eropa sangat besar. Korban Perang Dunia lebih dari 50 juta orang.

Dari sini kita bisa membandingkan dengan kemajuan Eropa yang begitu pesat saat ini. Setelah masa-masa kelam Eropa yang luar biasa gelap, kini mereka telah bangkait. Namun, harga yang harus dibayar sangat mahal. Puluhan juta warga dunia terbunuh hanya karena konflik sosail dan mekanisme kehidupan yang tidak terkontrol.

Analoginya adalah eksperimen. Misalnya, ketika kita bereksperimen di laboratorium, kita hanya menghabiskan beberapa sumber daya dan waktu yang relatif singkat. Paling lama hanya beberapa bulan. Namun, bayangkan bila eksperimen sosial untuk kemajuan sebuah peradaban, puluhan juta nyawa bisa melayang dan waktu yang dibutuhkan sangan panjang, bisa mencapai ratusan tahun.

Maksud dari pemaparan ini adalah bahwa kita, umat Islam sudah memiliki petunjuk di dalam Al Quran agar kita tidak lagi melakukan “eksperimen” sosial yang sebegitu mengerikannya. Al Quran sudah jelas sekali menggambarkan batasan-batasan yang boleh dilakukan di dalam kehidupan sosial, misalnya jangan riba, jangan zina, jangan mabuk-mabukan, dan lain-lain.

Sebagian besar isi di dalam Al Quran membahas mengenai kehidupan sosial. Kita bisa lihat sendiri isi tentang ekonomi, politik, hukum, musyawarah, pernikahan, warisan, dan lain sebagainya. Tidak perlu ragu dengan validasi Al Quran. Sudah dijamin 100% karena “ditulis” langsung oleh “Penulis” yang Maha Menulis.

Al Quran jelas sekali melipat zona waktu. Kita tidak perlu membunuh banyak orang demi peradaban. Kita tidak butuh menghabiskan waktu lama untuk memajukan suatu wilayah. Kita hanya perlu taat, sami’na waatho’na.

Ketika Indonesia mengalami krisis besar-besaran di tahun ’98, para pakar ekonomi jelas menerangkan bahwa penyebabnya adalah riba yang sangat berlebihan. Sedangkan Islam sudah mengaturnya 14 abad lalu.

Ketika Jepang dilanda krisis populasi karena angka rasio keturunan di bawah 2,1, artinya jarang memiliki anak, Islam telah mengajarkan untuk tidak berzina ratusan tahun silam. Penyebab utama Jepang jarang memiliki anak adalah karena mereka tidak mau menikah. Mereka hanya mau seks bebas. Mereka baru menikah di usia 40 tahun.

Ketika kemajuan peradaban sangat berkaitan dengan pemeliharaan akal sehat, Islam sudah melarang mabuk-mabukan sudah dari dulu kala. Jelas sekali bahwa mabuk-mabukan akan menghilangkan akal sehat dan kesadaran. Bagaimana dengan Indonesia?

Ada lima tujuan utama hukum Islam yaitu melindungi nyawa manusia, melindungi akal sehat, melindungi harta, melindungi agama, dan melindungi keturunan.

Lalu, apakah ideologi Islam masih relevan dengan kehidupan bangsa Indonesia? Jawabannya masih sangat relevan. Bahkan Islam dengan Al Qurannya justru sebagai penunjuk untuk membangun peradaban yang jaya tanpa perlu melakukan “eksperimen” sebelumnya.

Mengapa Indonesia yang mayoritas Islam justru menjadi negara-negara terbelakang? Jawabannya: tunggu tanggal mainnya. Indonesia memang sedang berada di roda paling bawah. Namun, bersabarlah karena rencana Allah belum selesai. Insya Allah, Indonesia akan menjadi penggerak dan pemersatu seluruh umat Islam di dunia. Allahu Akbar! Merdeka!

Tulisan ini disarikan dari Mabit sederhana kelompok mentoring yang diisi oleh Ust. Rihan (S3 Politik Ekonomi di Universitas Belanda) pada hari Sabtu, 11 April 2015 di Masjid LIPI Bandung.

[caption id="attachment_409604" align="aligncenter" width="600" caption="images20.fotki.com"]

142888162629374895

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline