[caption id="attachment_407800" align="alignnone" width="640" caption="Himpunan Mahasiswa Informatika (HMIF) ITB"][/caption]
Kampus ini adalah kampus peradaban. Kampus ini memliki corak dan warna-warna pelangi. Banyak suku, budaya, ras, agama, berkumpul di sini. Bersama-sama bersemangat mengambil ilmu demi masa depan Ibu Pertiwi. Berbekal semboyan In Harmonia Progresio, semua perbedaan bisa terikat kuat dalam naungan cawan Dewa Ganesha.
Ada banyak potensi yang tertampung di kampus ini. Ada lebih dari seratus organisasi yang mewadahi semua gairah kemahasiswaan. Kemampuan intelektualitas diintegrasikan dengan hati yang bijak dan rasa sosial yang matang membuat hidup di sini terasa nyaman. Pagi hingga petang mahasiswa berduyun-duyun mengambil saripati ilmu dari para dosen dan pengajar. Kala malam menjelang, kampus ini ramai dengan hingar-bingar kegiatan kemahasiswaan.
Satu hal yang membuat kampus ini menjadi khas adalah budaya arak-arakan. Kukltur ini tidak sembarang dilakukan. Arakan-arakan ini hanya ada tiga kali dalam setahun. Momen ini adalah sebuah keistimewaan bagi kami, seluruh masa kampus dalam menyambut para mahasiswa yang telah paripurna mengenyam pendidikan di Kampus Ganesha. Mengarak wisudawan dan wisudawati sudah ada dari puluhan tahun lalu.
[caption id="attachment_407801" align="alignnone" width="480" caption="Himpunan Mahasiswa Elektro (HME) ITB"]
[/caption]
Dulu, ketika Indonesia masih sangat muda, arak-arakan ini sangat istimewa. Istimewa kenapa? Istimewa karena masyarakat sekitar kampus yang turun langsung ke jalan untuk mengarak keliling sekitar kampus bahkan bisa sampai keliling kota. Masyarakat sangat berharap kepada mahasiswa fresh graduate ini untuk bisa memajukan dan mensejahterakan masyarakat sekitar. Pun sebagai ucapan terima kasih karena selama menjadi mahasiswa, masyarakat justru terbantu dengan adanya kegiatan kemahasiswaan.
Sayangnya, waktu tidak mau diputar ulang. Kini arak-arakan hanya bisa di dalam kampus dan para wisudawan hanya diarak oleh massa himpunan masing-masing jurusan. Ada issu bahwa kini masyarakat justru dirugikan dengan momen kelulusan atau wisuda karena membuat jalan menjadi macet.
Pergeseran perspektif ini menjadi prihatin banyak pihak. Alasan utama memang gerakan kemahasiswaan beberapa tahun belakangan sedang loyo. Entah apa penyebab para mahasiswa ini sudah jarang turun membantu masyarakat. Ada yang bilang kalau kurikulum perguruan tinggi terlampau menyulitkan mahasiswanya. Implikasinya muncul pernyataan “urusan sendiri saja belum beres, mau ngurusin yang lain”. Saya rasa ini tidak hanya terjadi di Kampus Pelangi ini, tapi di seluruh Indonesia.
Semoga gerakan kemahasiswaan kembali berkobar dan menggairahkan kembali dinamika kehidupan masyarakat Indonesia. Merdeka!
[caption id="attachment_407802" align="alignnone" width="640" caption="Himpunan Mahasiswa Teknik Perminyakan (HMTM PATRA) ITB"]
[/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H