Lihat ke Halaman Asli

Cara Jepang Pacu Sikap Kritis Pelajar

Diperbarui: 2 April 2018   20:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anibee.tv

Berbicara tentang Jepang, pembahasan yang acap diangkat adalah mengenai perpaduan antara teknologi serta sistem pendidikan yang diterapkan. Tidak sedikit tulisan yang mengangkat tema kelebihan sistem belajar di Jepang. Namun tak banyak yang mengungkapkan permasalahan yang dialami oleh pendidikan Jepang. Berkaitan dengan hal tersebut, melalui tulisan ini penulis ingin menjabarkan beberapa langkah yang dilakukan pemerintah Jepang dalam mengatasi permasalahan yang mereka miliki.

Tidak banyak orang di Indonesia yang mengetahui bahwa karakter mayoritas orang Jepang adalah pemalu. Bagi orang Jepang, mengemukakan pendapat secara lantang bukanlah menjadi budaya yang dibiasakan sejak kecil. Sehingga berdasarkan pengalaman penulis yang mendapatkan kesempatan belajar di beberapa negara (Inggris, Thailand, Jepang dan Indonesia), maka suasana kelas di Jepang tidak se"hidup" suasana di negara-negara lain yang disebutkan.

Karakter ini mungkin terbentuk dikarenakan adanya peribahasa populer di Jepang yang berbunyi :

 (Deru kugi wa utareru) / Yang menonjol akan dipalu ke bawah.

Filosofi dari peribahasa ini adalah

Menurut pemahaman penulis, para tetua sebelumnya beranggapan bahwa lebih baik mengikuti arus, daripada harus menjadi sosok yang menonjol daripada yang lain. Namun lambat laun, pemuda Jepang mengakui bahwa filosofi ini tidak baik untuk dijadikan sebagai pembenaran sikap diam. Melalui berbagai forum diskusi, pemuda Jepang acapkali mengutarakan pentingnya mengemukakan pendapat agar tidak terjadi salah paham antara masing-masing pihak yang terlibat. Pendapat inipun juga disikapi secara serius oleh pemerintah Jepang. Untuk memberikan solusi dari budaya "pemalu". Saat ini mulai banyak kegiatan yang dilakukan pemerintah Jepang dalam upaya memacu pemuda Jepang untuk bersikap kritis dan mengungkapkan pendapat mereka serta mengikis stereotipe pemalu nya orang Jepang.

Berikut ini cara-cara yang mereka lakukan:

Membuat variasi Jurusan baru

Berbeda dengan Indonesia yang sangat berfokus pada linearitas dan gelar seseorang dalam suatu jurusan, Jepang cenderung tidak peduli dengan gelar kejuruan seseorang. Mereka tidak terlalu kaku dengan penamaan gelar  "Sarjana teknik (S.T)" atau "sarjana sains (S.Si)", dalam dunia pendidikan Jepang,  faktor paling penting adalah bidang penelitian apa yang dilakukan. 

Contohnya pada sertifikat yang penulis punya, di sertifikat bukti selesai kuliah dituliskan pernyataan "telah menyelesaikan kuliah master pada program paska sarjana sistem ilmu hayati" tanpa menyebutkan tambahan nama gelar jurusan yang ditempuh.   Mungkin hal ini terjadi dikarenakan sistem yang ditempuh di Jepang lebih cenderung kepada penelitian (based on research), daripada kelas (based on course). Sehingga mereka bebas untuk mengutak-atik suatu jurusan atau menciptakan jurusan baru. Sebut saja bidang mekatronika. Bidang ini dulunya hanya ada di Jepang namun sekarang bidang ini dapat ditemukan di berbagai belahan dunia.

Mengundang Mahasiswa Asing untuk melakukan presentasi mengenai negara asal kedatangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline