Lihat ke Halaman Asli

Perjuangan Santri

Diperbarui: 23 Oktober 2022   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada zaman penjajahan banyak yang elemen yang berjuang melawan bersama bersatu melawan penjajah. Satu sama lain membahu-bahu bergotong-royong. Perjuangan santri saat melawan penjajah itu dikatakan sebagai syahid. Mengapa demikian? Karena hal itu termasuk dalam melawan kebaikan dan jihad dijalan Allah.

Keberagaman agama yang ada di Indonesia menjadikan kekuatan persatuan dan kesatuan Indonesia. Hal ini terbukti dengan bukti bahwa populasi 86,9%  agama yang ada di Indonesia adalah orang yang beragama dan berkeyakinan islam. Agama islam erat kaitannya dengan santri. Ada hari peringatan pada tanggal 22 Oktober yang biasa disebut sebagai hari santri.

Di Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang terdiri dari banyak keragaman. Salah satunya perbedaan antara pelajar dan santri. Pelajar adalah seorang yang sedang mencari ilmu, sedangkan santri adalah seorang yang mencari ilmu dan pendalaman ilmu agama islam. Santri sudah pasti pelajar. Pelajar belum pasti santri. Hal ini terjadi karena tidak semua pelajar yang juga mempelajari dan mendalami ilmu agama.

Santri yang biasa diremehkan dan dianggap sebelah mata oleh orang awam karena dianggap hanya terfokus pada ilmu agama itu bisa dipatahkan. Banyak santri hebat yang sekarang telah menjadi pemimpin dan mendalami profesi dan keahliannya. Hal itu membuktikan bahwa santri tidak bisa diremehkan dan menjadikan santri sebagai pembawa perubahan. Hal yang mudah ditemui di kawasan kampus tercinta, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Terdapat banyak sekali pengurus atau petinggi kampus yang berasal dari pondok pesantren.

Lantas apa kaitannya antara santri dan Indonesia? Kaitanya adalah santri bisa menjadi pembawa perubahan Indonesia di kemudian hari. Hal ini bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik lagi. Sebagai contohnya saja, wakil presiden republik Indonesia K. H Makruf Amin yang merupakan lulusan dari pondok pesantren tebu ireng. Dan Abdurahman Wahid atau yang akrab dipanggil gusdur juga lulusan dari pondok pesantren tebu ireng.

Tak hanya itu, banyak contohnya seorang lulusan pondok yang mendalami keahlian dan profesinya masing-masing yang sukses. Santri yang dapat beradaptasi dengan zaman modern saat ini sangat diperlukan karena di dunia yang serba cepat ini butuh nya sebuah pondasi yang kuat antara dunia dan akhirat.

Hal ini membuktikan peran besar santri pada zaman terdahulu dan zaman sekarang sangat berpengaruh di Indonesia. Santri menjadikan pendongkrak di masa depan. Pembawa perubahan berada di tangan mereka yang mau berubah pada dunia. Tak hanya dunia yang dikejar namun akhirat juga harus seimbang.

Kemuan untuk berubah tersebut tidak semua memilih untuk berubah. Maksudnya disini, tidak semua santri memilih untuk menggabungkan ilmu nya dengan perkembangan zaman yang ada. Karena itu adalah sebuah pilihan setiap orang.

Namun tidak semata-mata santri yang bisa beradptasi dengan zaman dapat keluar dari zona sepenuhnya. Seperti halnya seorang santri melupakan sholat karena sibuk belajar,bekerja, ataupun organisasi. Hal itu perlu di seimbangkan sebuah keimanan yang ada dalam dirinya sendiri. Perlu adanya kesadaran dan tekad untuk tetap dijalan Allah. Hal ini dapat dilakukan dengan tetap beribadah tepat waktu, mengaji, puasa, dan ibadah- ibadah lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline