Film adalah sarana untuk menjelaskan realitas, atau suatu bentuk representasi realitas, dan dapat dimaknai sesuai dengan makna dan tanda-tandanya. Film dapat menggambarkan perasaan, pikiran, atau perasaan individu atau kelompok. Film "Cek Toko Sebelah" mengangkat isu sensitif mengenai stereotype mengenai etnis Tionghoa sebagai pemilik toko, ini di dasarkan pada realitas etnis Tionghoa ketika anaknya tumbuh dewasa dan sudah mengeyam pendidikan tinggi dan berakhir kembali mengelola toko keluarganya.
Stereotype adalah sebuah pandangan atau cara pandang terhadap suatu kelompok sosial di mana cara pandang tersebut lalu digunakan pada setiap anggota kelompok tersebut. hadirnya stereotype dan prasangka dipengaruhi juga oleh perbedaan kekuatan dan status kelompok yang dapat memicu munculnya persepsi tentang adanya kecurangan, ketidakadilan ataupun ancaman dari suatu kelompok terhadap kelompok yang lain (Mufid 2009: 261-262).
Fenomena ini menjadi semakin menarik ketika dilihat melalui lensa film, seperti yang terjadi dalam "Cek Toko Sebelah" bercerita tentang kehidupan keluarga etnis Tionghoa yang terdiri atas sang ayah yang akrab disapa Koh Afuk (Chew Kin Wah) dan kedua putranya, sang kakak Yohan (Dion Wiyoko) dan sang adik Erwin (Ernest Prakasa). ). Film ini berpusat pada konflik keluarga antara ayah dan anak, di mana sang anak ingin mengejar cita-cita dan perebutan warisan keluarga. Hal ini sesuai dengan stereotipe yang melekat pada etnis Tionghoa yaitu meskipun memiliki pendidikan tinggi, pada akhirnya kembali mengurus usaha keluarga. Film ini tidak hanya menghadirkan kisah keluarga dan interaksi sosial, tetapi juga secara tajam mengkritisi dan mematahkan persepsi yang telah melekat dalam budaya popular. (Pemaknaan Khalayak Etnis Tionghoa Terhadap Stereotip Dalam Film Cek Toko Sebelah, n.d.)
Selama ini Etnis Tionghoa jarang meberikan pendapatnya di media massa, berita-berita juga jarang mengambil mereka sebagai narasumber. Cerita atau film juga jarang mengambil sudut pandang mereka sebagai latar. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil etnis Tionghoa sebagai narasumber untuk mengetahui bagaimana sebenarnya pandangan mereka dalam melihat stereotip yang sering disematkan dan digambarkan dalam film Cek Toko Sebelah. Tujuannya adalah agar para masyarakat mampu memberikan pemaknaan terhadap stereotype yang di tampilkan di dalam film "Cek Toko Sebelah".
Naratif: "Bener koh gapapa?" -pelanggan ibu."
"Gapapa asal bayarnya jangan kelamaan, nanti gw keburu mati. -koh Afuk.
Dalam satu shot ini menunjukan stereotype terhadap etnis Tionghoa yang pelit tetapi yang muncul dari adegan film "Cek Toko Sebelah" justru menunjukkan hal sebaliknya. Di sini terlihat koh Afuk yang malah memberikan keringan terhadap pelanggan dengan membolehkannya untuk menghutang di tokonya.
Film ini juga menunjukkan bagaimana stereotype etnis Tionghoa yang ada di masyarakat luas, etnis Tionghoa dianggap sebagai pemilik toko dan toko tersebut tentunya akan diwariskan secara turun-temurun. Prasangka dan penilaian terhadap etnis Tionghoa terlihat jelas dalam film ini. Shot ini menunjukan bahwa Kof Afung sangant ingin sekali mewariskan tokonya ke anak ke 2 nya (Erwin) yang pada saat itu sudahbekerja di perusahaan besar.