Lihat ke Halaman Asli

Novelipasiana: Bidadari Neraka (16)

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sylvana mengenakan blus berwarna biru tua yang dipadu dengan rok berwarna senada. Kulitnya yang putih semakin kontras dengan pakaian yang dikenakannya berwarna gelap. Kecantikannya terpancar dengan kosmetik di wajahnya yang dioles secara tipis. Garis wajahnya menunjukkan dia adalah wanita yang tegas berbicara dan tidak senang basa-basi. Jika berbicara, matanya fokus pada lawan bicaranya. Dia tidak senang lelucon yang tidak lucu. Jangan pernah mencoba membuatnya terhibur, karena baginya hidup itu bukan bahan tertawaan.

“Saya sangat menghargai kerja keras seseorang. Hidup itu harus memiliki visi yang jelas. Jangan banyak tertawa, tapi banyak-banyaklah berpikir,” demikian salah satu nasihat yang pernah dia sampaikan kepada karyawannya.

Saya sebenarnya mengagumi wanita cantik ini, tapi entah mengapa sulit menghilangkan rasa sebal terhadap dirinya. Saya pikir semua sepakat untuk mengenyahkan wanita ini dari kantor, tapi tidak ada yang berani memulai pergerakan apa pun.

“Hari ini saya hendak membahas program kita yang semakin hari sepertinya semakin tidak bermutu,” sahut Sylvana membuka rapat yang sudah dihadiri seluruh awak redaksi.

“Program kita terpuruk dari segi rating dan share.”

“Kita harus mengemas lebih menarik lagi. Kita hilangkan tayangan-tayangan berita yang terlalu berat, karena penonton kita sudah muak dengan berita-berita politik.”

Sylvana diam sejenak. Dia memastikan karyawannya benar-benar menyimak apa yang dia utarakan. Saya sendiri hanya mematung dan tidak berani mengeluarkan suara. Saya sudah tahu kebiasaannya yang akan marah jika mengetahui ada yang gaduh di dalam rapat.

“Saya minta seluruh produser memastikan tayangan kita benar-benar memiliki magnitude yang besar bagi masyarakat. Ingat, hidup kita sangat tergantung dengan rating dan share. Apa yang harus saya katakan kepada direksi jika tayangan kita terus menerus anjlok dari segi rating dan share.”

Rapat ini semakin terasa panas karena Sylvana semakin menyudutkan anak buahnya. Dia adalah sosok pemimpin yang senang menghabisi anak buahnya jika program yang ada di bawah wewenangnya tidak mencapai target. Tapi, sebaliknya, jangan berharap dapat bonus atau kenaikan gaji jika rating program berita naik.

Tiba-tiba, saya teringat Nabila. Sayang sekali, saya gagal mengorek informasi apa yang dibicarakannya dengan Bidadari Neraka ini. Saya berencana akan menghubunginya setelah rapat ini usai. (bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline