[caption caption="Ilustrasi: kaysalady.wordpress.com"][/caption]Hujan acapkali tersemat bersama rindu
Pada tiap-tiap tetesannya seumpama undangan untuk menghadiri makan malam bagi perut-perut kerontang yang belum diisi sejak kemarin siang.
Bulir-bulirnya laksana panah Sa’ad bin Abi Waqqash yang tepat menuju sasaran,
Hingga alam tak berkutik oleh dinginnya melodi malam dan riuhnya tarian hujan ala jelmaan pangeran tampan dalam dogeng pengantar tidur menjadi pelepas dahaga bagi kering kerongkongan.
Hujan menanti rindu, pun rindu menunggu hujan,
Seumpama kapal berlabuh setelah berlayar lima purnama.
Bak bidadari bertemu syuhada dalam bilik syurga.
Pun juga, saat seperti ikrar suci terucap dari lisan sang pencinta.