Lihat ke Halaman Asli

Fadia Imanda N

Mahasiswa Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung

POLUSI UDARA AKIBAT LETUSAN GUNUNG RUANG

Diperbarui: 21 April 2024   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen Pribadi

Polusi udara tidak hanya disebabkan oleh proses pembakaran tidak sempurna seperti asap kendaraan bermotor, asap pabrik dan pembakaran sampah. Ternyata polusi udara juga dapat disebabkan oleh aktivitas alam seperti, aktivitas gunung berapi yang mengeluarkan abu dan gas vulkanik.

Baru-baru ini, tepatnya pada hari Selasa, 16 April 2024, Gunung Ruang yang berlokasi di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, mengalami letusan. Letusan Gunung Ruang menghasilkan aliran lahar panas, emisi asap, dan gas yang menyebabkan terjadinya aktivitas gempa dan gelombang tsunami di wilayah sekitarnya. BMKG Balikpapan menyatakan bahwa letusan Gunung Ruang menghasilkan beberapa emisi gas berbahaya seperti gas karbon dioksida (CO2) dan gas sulfur dioksida (SO2). Kedua gas ini sudah menyebar ke Kalimantan dan jika Gunung Ruang mengalami letusan yang signifikan, maka kemungkinan besar seluruh wilayah Indonesia akan terkena dampaknya.

Lalu apa bahaya dari kedua emisi gas ini?

Gas karbon dioksida (CO2) memiliki sifat asphyxiant di mana pada kadar yang tinggi dapat menggantikan oksigen dalam udara, sehingga menyebabkan gangguan pernapasan dan sensasi tercekik pada kerongkongan. Sedangkan, gas sulfur dioksida (SO2) merupakan salah satu jenis gas oksida sulfur (SOx). Gas ini mudah larut dalam air, tidak berwarna, namun memiliki bau yang khas. Gas SO2  dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan manusia, seperti pada hidung, tenggorokan, dan saluran udara di paru-paru. Tingginya konsentrasi  SO2 dalam udara merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya hujan asam. Hujan asam dipicu oleh sulfur dari bahan bakar fosil dan nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen, membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini kemudian berinteraksi dengan air di atmosfer, membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang larut dalam air hujan. Akibatnya, air hujan menjadi asam dan meningkatkan tingkat keasaman tanah serta air di permukaan yang berpotensi merusak ekosistem akuatik dan vegetasi. Paparan SO2 dalam konsentrasi tinggi juga dapat merusak jaringan daun.

Belum ada himbauan lebih lanjut untuk mengatasi paparan dari gas emisi ini. Namun, kita dapat menjaga diri dengan selalu memakai masker saat beraktivitas di luar rumah. Hal ini dapat mengurangi paparan polusi yang masuk ke saluran pernapasan.  

Ditulis oleh : Fadia Imanda Nurhaliza

Mahasiswa Kimia

UIN Sunan Gunung Djati Bandung

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline