Lihat ke Halaman Asli

Inklusifitas Dakwah

Diperbarui: 2 Desember 2018   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dari 'Abdullah bin 'Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw  bersabda, "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat." [HR. Bukhari]

Dalil  ini melatarbelakangi keyakinan penulis bahwasanya dakwah adalah  kegiatan yang bersifat inklusif. Artinya, dakwah tidak dibatasi oleh  keadaan, pangkat, jabatan, gelar ataupun profesi tertentu. Tentu saja  kecuali syarat Islam dan sudah baligh. 

Hal ini berarti, bahkan seorang  tukan becak pun berhak mendakwahkan agamanya, seorang pelajar tingkat  menengah boleh menyampaikan nasihat agamanya, seorang yang kurang   berada sah-sah saja bersuara terkait agamanya. Semua punya hak yang  sama untuk berdakwah, menurut sabda Rasulullah SAW. tersebut.

Dan  hal tersebut ditegaskan dengan perkataan sahabat Ali bin Abi Thalib ra.  yang populer di kalangan pelajar muslim, "Perhatikanlah apa yang  dikatakakan, bukan siapa yang mengatakan". Artinya, sekali lagi ini  menguatkan pernyataan bahwasanya dakwah sejatinya bersifat inklusif,  karena subtansi dari dakwah adalah tersampaikannya kebenaran, kebaikan  dan tercegahnya kemaksiatan, tanpa memandang siapa pelaku dakwahnya.

Sedangkan  untuk para objek dakwah, berdasarkan hadits dan dikuatkan sahabat  sekaligus menantu dari Rasulullah SAW. di atas, perlu untuk menahan rasa  tinggi hati dan menerima dengan legowo bilamana suatu saat mendapat  nasihat dari pelajar tingkat SMP, atau ditegur masalah agama oleh teman  yang muallaf, selama yang disampaikan adalah benar sesuai syariat agama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline