Dari 'Abdullah bin 'Umar ra dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, "Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat." [HR. Bukhari]
Dalil ini melatarbelakangi keyakinan penulis bahwasanya dakwah adalah kegiatan yang bersifat inklusif. Artinya, dakwah tidak dibatasi oleh keadaan, pangkat, jabatan, gelar ataupun profesi tertentu. Tentu saja kecuali syarat Islam dan sudah baligh.
Hal ini berarti, bahkan seorang tukan becak pun berhak mendakwahkan agamanya, seorang pelajar tingkat menengah boleh menyampaikan nasihat agamanya, seorang yang kurang berada sah-sah saja bersuara terkait agamanya. Semua punya hak yang sama untuk berdakwah, menurut sabda Rasulullah SAW. tersebut.
Dan hal tersebut ditegaskan dengan perkataan sahabat Ali bin Abi Thalib ra. yang populer di kalangan pelajar muslim, "Perhatikanlah apa yang dikatakakan, bukan siapa yang mengatakan". Artinya, sekali lagi ini menguatkan pernyataan bahwasanya dakwah sejatinya bersifat inklusif, karena subtansi dari dakwah adalah tersampaikannya kebenaran, kebaikan dan tercegahnya kemaksiatan, tanpa memandang siapa pelaku dakwahnya.
Sedangkan untuk para objek dakwah, berdasarkan hadits dan dikuatkan sahabat sekaligus menantu dari Rasulullah SAW. di atas, perlu untuk menahan rasa tinggi hati dan menerima dengan legowo bilamana suatu saat mendapat nasihat dari pelajar tingkat SMP, atau ditegur masalah agama oleh teman yang muallaf, selama yang disampaikan adalah benar sesuai syariat agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H