Lihat ke Halaman Asli

Jangan Minder Sama Bule

Diperbarui: 7 Desember 2015   14:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih banyak masyarakat Indonesia yang suka minder dari bule. Bulan Juni lalu, Saya pernah ngetwit, “Orang Indonesia masih suka merasa inferior dari orang luar. Makanan bule dianggap lebih berkelas, dan doanya orang Arab lebih manjur.” Jauh sebelum itu, saya beberapa kali membaca kegelisahan yang sama di dinding wall salah seorang seniorku, ketika ia kuliah di Hartford University.

Ketika itu ia memperlihatkan beberapa sisi ironi dalam kehidupan di Amerika yang jarang diungkap. Yang saya ingat, ia pernah menuliskan sesuatu tentang kehilangan sepeda dan sebuah merk makanan cepat saji yang sangat populer di Indonesia

Kemarin, saya menemukan satu hal yang menarik untuk ditulis. Kembali, tentang mental inlander ini. Hanya saja, kali ini bukan dari perspektif orang Indonesia, tapi perspektif si bule sendiri.

Sebultlah Michael, salah seorang bule pengajar bahasa Inggris di IALF Jakarta. Saya tidak tahu pasti dari pelosok mana tepatnya di belahan Barat ia berasal.

Tapi itu bukanlah masalah. Toh bagi orang Indonesia asal ada orang berkulit putih dan terkadang kemerah-merahan, berperawakan tinggi, seperti yang mereka lihat di film-film hollywood, mereka semua adalah bule. Bahasa jawa juga bersikap generalisatif dengan sebutan ‘londo’.

Seperti biasa, sesi sore ini, Selasa, 20 Oktober 2015 dihabiskan dengan mendiskusikan suatu topik. Temanya adalah how to study overseas. Perhatian utamanya bukan lagi tentang bagaimana cara mendapatkan beasiswa, tetapi bagaimana mengikuti iklim akademik di Barat.

Michael memutar sebuah video presentasi salah seorang professor dari Australia yang menjelaskan perbedaan paradigma studi orang Asia daripada orang Barat. Saya tidak terlalu sependapat dengan si Professor dalam beberapa hal. Mungkin saja karena video tersebut direkam beberapa tahun yang lalu, dan iklim studi di Indonesia tidak begitu sesuai dengan yang ia bicarakan.

Anyway, tulisan ini tidak akan mendiksusikan itu. Simpan saja untuk kesempatan lainnya.

Kembali ke topik utama, 20 menit menjelang sesi selesai, Michael mengemukakan satu hal menarik, “Kelompok ini menanyakan satu pertanyaan menarik (ketika itu kami dibagi ke beberapa kelompok kecil), apakah orang Barat selalu merasa superior dari orang Indonesia?” Pertanyaan tersebut membuat diskusi riuh penuh canda berubah menjadi cukup serius.

Michael memulainya dengan bertanya kepada beberapa peserta yang pernah berkunjung atau belajar di Barat. “Apakah kamu menemukan hal sedemikian?” Mereka menjawab tidak. Michael setuju. Menurutnya, sebagai sebuah negara, Amerika memang dengan percaya diri menganggap diri mereka berada di atas negara-negara lainnya. Mereka adalah negara super power.

Mereka memiliki budaya dan peradaban terdepan. Akan tetapi, sebagai seorang individu, orang-orang Amerika tidak akan menganggap diri mereka lebih utama dibanding yang lainnya. Pada faktanya, belakangan orang Amerika mulai khawatir jika pendidikan mereka sudah tertinggal dari banyak negara lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline