Lihat ke Halaman Asli

Yuk Tindak Lanjuti Gelandangan dan Pengemis (GePeng) di Negeri Kita

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernahkah anda bermimpi hidup rukun dan damai tanpa ada rakyat yang berteriak meminta makan ? Pernahkah anda melihat suasana kota di Indonesia yang nyaman aman dan tentram tanpa ada "pekerja kecil" , pengamen, gelandangan, dan pengemis yang lalu lalang menghadang jalan anda ? Pernahkah pula anda datang ke kantor, kampus, atau tempat yang anda tuju dengan muka ceria karena suasana kota yang bersahabat ? Lalu pernahkah anda bermimpi kalau pertanyaan diatas justru adalah mimpi- mimpi belaka yang tak akan pernah terwujud di Negeri ini ?

Pasti sebagian dari anda tidak setuju dengan pertanyaan yang terakhir. Ya, sama dengan saya. Saya memang cukup penat dengan kondisi kota ( JABODETABEK) khususnya Jakarta yang begitu rumit. Tapi saya masih mempunyai harapan dan keyakinan untuk dapat hidup nyaman di kota ini.

Saya tidak akan menyoroti semua permasalahan yang mungkin bisa membuat kita tidak nafsu untuk santap sahur jika mengingat pagi harinya kita harus berangkat kerja atau kuliah menyusuri ibukota yang padat, penat, dan rumit. saya lebih tertarik untuk membahas masalah gelandangan-pengemis (gepeng) yang hampir tiap hari menghiasi suasana kota.  Terlebih lagi di bulan Ramadhan ini, bisa dipastikan jika tidak ada razia yang dilakukan petugas maka kita bisa menemui lebih banyak lagi gepeng yang mencari rezeki. fenomena ini hampir rutin terjadi setiap tahunnya, walaupun sering pula dilakukan razia terhadap gepeng. sepertinya bukan malah berkurang tapi justru malah meningkat tiap tahunnya.

saya tidak menyalahkan orang-orang yang memutuskan untuk lebih memilih menjadi gepeng di perkotaan. saya pun menyadari ada banyak alasan mengapa mereka lebih memilih menjadi gepeng. masalah pendidikan, lapangan pekerjaan, dan ekonomi mungkin masih setia menjadi latar belakangnya. Pendidikan yang rendah menyebabkan sebagian dari masyarakat tidak mampu berinovasi dan berfikir kreatif untuk mencari nafkah dengan cara yang lebih terhormat. ketidakmampuan untuk berinovasi ini pula yang menyebabkan sedikitnya lapangan pekerjaan, karena mereka lebih memilih berpangku tangan kepada orang lain dibanding bekerja mandiri dengan membuat lapangan pekerjaan. karena tuntutan perut dan kebutuhan hidup yang mendesak disamping perekonomian mereka yang dibawah rata- rata, alhasil menjadi gepeng adalah salah satu pilihan bagi mereka.

Dewasa ini menjadi gepeng ternyata bukan lagi suatu keterpaksaan, malah pekerjaan ini telah memiliki manajer yang mengatur posisi- posisi mereka beraksi. saya mendapatkan info ini dari seseorang gepeng yang berhasil saya tanya. mereka biasa menyebut manajernya dengan sebutan "pengepul", pengepul inilah yang bertugas mengatur posisi dan menarik uang hasil dari meminta- minta. hasil nya pun cukup lumayan, sehari mereka mampu mengumpulkan rata- rata seratus ribu rupiah. pembagiannya 30 persen pengepul dan 70 persen si gepeng, mungkin persenannya berbeda- beda tergantung kebijakan masing- masing pengepul. Penghasilan yang cukup lumayan inilah yang membuat gepeng enggan berganti profesi walaupun sering terjaring petugas. "paling- paling hanya di data, sekalipun ditahan ya paling dikasih penyuluhan, tapi gag enak", alasan dari gepeng yang saya tanya.

Terlebih lagi di bulan Ramadhan ini, suatu hal yang menggiurkan untuk mengumpulkan pundi- pundi keuangan mereka. tidak heran memang jika dibulan ramadhan ini banyak dari umat islam bersedekah untuk mendapatkan pahala, bahkan bukan hanya di bulan ramadhan saja, di bulan - bulan biasa pun jika kita bersedekah maka kita aka mendapatkan pahala. bersedekah memang bukan lah suatu larangan tapi justru dianjurkan oleh agama. tapi jika kita melihat kepada permasalahan ini sepertinya bersedekah kepada gepeng seperti pisau bermata dua. di satu sisi kita menginginkan pahala di satu sisi lain menyuburkan populasi gepeng. sepertinya gepeng ini bukan lagi menjadi suatu keterpaksaan bagi mereka, awalnya mungkin iya, tapi karena menggiurkan hal ini telah menjadi budaya turun temurun diantara keluarga mereka. satu berprofesi sebagai gepeng, tak ayal jika keluarga yang lainnya pun ikut menjadi gepeng. suatu ancaman hukum sudah tidak dihiraukan lagi, bahkan di beberapa kota besar sudah terdapat UU yang melarang aktivitas gepeng dan menderma gepeng. walaupun akan timbul pro dan kontra, tapi sebaiknya fenomena gepeng yang membludak dapat kita atasi.

Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia seharusnya mampu mengatasi hal ini. bukan hanya pemerintah saja yang harus menanganinya, kita pun sebagai rakyat harus turut membantu. fenomena gepeng menjelaskan kepada kita betapa masih miskinnya negeri ini, ya, miskin ekonomi, miskin pula akhlaknya. Agama telah mengajarkan untuk bersabar dan bekerja keras, seharusnya kita bisa menjalankannya sehingga tidak terjadi fenomena seperti ini. walaupun pasti ada orang- orang yang hidup berkekurangan, kita sebagai saudaranya dianjurkan untuk membantunya. luas makna membantu disini, kita bisa membantunya dengan memberikan motivasi atau siraman rohani, dan bisa juga membantunya dengan materi. Zakat adalah salah satu solusi untuk membantu saudara- saudara kita yang kekurangan agar tidak menjadi gepeng. Penyaluran zakat secara langsung kepada orang yang memang benar- benar membutuhkan atau lewat  badan amil zakat resmi bisa menjadi alternatif membantu mereka. jika kita takut uang atau zakat kita tidak tersalurkan, kita bisa mengontrolnya melalui data dan aktivitas dari suatu badan zakat menggunakan website badan zakat tersebut.

Salah satu alternatif lain adalah dengan cara membuat yayasan yang dapat menampung dan memberdayakan para gepeng. sejauh ini yayasan yang bergerak dalam bidang tersebut masih sedikit, sekalipun ada yang dari pemerintah itupun kurang maksimal. Para gepeng tidak hanya butuh makan saja tapi mereka butuh keterampilan yang berguna untuk hidup mandiri. lewat yayasan sosial inilah diharapkan gepeng tersebut bisa di berikan pendidkan dan keterampilan. Razia yang dilakukan pun jangan hanya sebatas mendata, tapi juga mencari pengepul gepeng- gepeng dan menindaklanjutinya. Masyarakat harus berperan aktif dengan mengawasi dan ikut membantu dengan menyumabng kepada badan- badan zakat atau yayasan yang bergerak di bidang pemberdayaan gepeng. kalau ingin mengilangkan penyakit kita harus menuntaskan kepada sumbernya. Selama ini yang membuat gepeng tetap bertahan dan berkeliaran adalah penghasilan mereka yang terus mengalir dari dermaan kita- kita Nah, mulai sekarang kita harus bisa mengurangi menderma kepada gepeng dengan menderma atau berzakat ke badan badan yang lebih baik dan dipercaya, dengan harapan dapat mengurangi gepeng yang meminta- minta. Tapi, kita harus tetap melakukan pengawasan terhadap penanganan gepeng ini. Terlebih lagi menjalin kerjasama dengan ormas- ormas yang ada.

semua akan terlihat sulit jika tidak ada tindakan nyata. semua akan pincang sebelah jika tidak ada kerjasama semua pihak. saya pun sedang mencoba untuk lebih memilih menyalurkan rezeki kepada badan- badan zakat. memang awalnya tidak tega melihat para gepeng tersebut, tapi saya lebih tidak tega kalau membiarkan para gepeng tetap pada profesi mereka tanpa ada sikap kemandirian yang tumbuh dan keterampilan yang ada. Yuk, sama- sama kita fokuskan untuk memecahkan masalah ini bersama- sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline