Ibadah haji merupakan ibadah mahdho yang terbilang paling berat dibandingkan ibadah lainnya. Ibadah ini menuntut banyak persiapan agar jemaah dapat menjalankannya dengan sempurna.
Tak hanya soal persiapan ruhani dan jasmani, tetapi juga soal finansial (uang) dan waktu. Konteks haji terkini, tak seperti pelaksanaan haji dua atau tiga dekade lalu. Pelaksanaan haji saat ini, bergantung kepada kuota per tahunnya.
Alhasil, setiap jemaah haji tidak bisa melakukan ibadah dengan mudah dan cepat meskipun telah melunasi ongkos haji. Calon jemaah harus melalui antrian yang cukup lama (waiting list), sekira 7 sampai 20 tahun. Bukankah menunggu itu pekerjaan yang membosankan?
Oleh sebab itu, mempersiapkan seluruh aspek perbekalan menjadi sebuah keharusan dan harus sesegera mungkin dilakukan jika tidak ingin berhaji di masa tua.
Haji Muda, Kenapa Tidak?
Menunaikan ibadah haji merupakan salah satu kewajiban bagi seorang mukmin yang mampu melakukannya. Tidak ada perbedaan pendapat ulama soal ini. Siapa saja yang mampu secara jasmani dan ruhani ditambah dengan kemampuan finansial yang kuat wajib menjalankan perintah ini.
Di dalam sejumlah literatur Fiqh, disebutkan bahwa salah satu syarat haji adalah balig dan mumayiz yang bermakna bahwa seorang calon jemaah setidaknya memahami seputar kajian islam khususnya soal haji meskipun masih berusia belia.
Terkait hal ini pula, maka sudah sepatutnya generasi milenial mempersiapkan diri sedini mungkin agar dapat melakukan haji muda. Syukur-syukur dapat memenuhinya di bawah umur 40 tahun. Alhamdulillah.
Lantas, apa sih benefit yang diperoleh seorang haji muda?
Menunaikan ibadah haji merupakan impian setiap mukmin karena haji disyariatkan dalam rukun islam yang kelima. Meski disyariatkan, tetapi bukan berarti semua umat islam boleh dan diwajibkan pergi haji. Ada sejumlah persyaratan yang memawajibkan umat islam memenuhi panggilan itu, diantaranya sehat secara jasmani.
Kebugaran jasmani sangat dibutuhkan saat melaksanakan rangkaian ibadah haji, sebab sebagian besar ritual akan dilalui secara fisik. Dimulai saat keberangkatan dari tanah air hingga rentetan ibadah haji seperti thawaf, sa'i, lempar jumrah, bermalam di mina dan muzdalifah, dan berdiam diri di arafah, keseluruhan ibadah ini membutuhkan kondisi yang prima.