Sejak Revolusi Iran pada tahun 1979, hubungan antara Iran dan Israel telah memburuk secara signifikan, dipicu oleh sikap kritis Iran terhadap Israel dan dukungannya terhadap militan di Lebanon dan Palestina. Konflik tersebut meningkat seiring dengan upaya Israel untuk menghentikan program nuklir Iran dan konfrontasi mereka selama perang sipil Suriah. Meskipun tidak terlibat dalam pertempuran langsung, keduanya terlibat dalam aktivitas bersenjata melalui proksi dan operasi tertutup.
Pada 1 April, Israel membom kedutaan Iran di Damaskus, Suriah, menewaskan beberapa pejabat Iran dan pejuang proksi, termasuk seorang komandan Pasukan Quds. Iran merespons dengan meluncurkan serangan drone dan misil terhadap Israel pada 13 April, dinamai Operasi True Promise, sebagai balasan atas serangan terhadap konsulat Iran. Hezbollah dan Houthis juga terlibat dalam serangan serupa.
Presiden Joe Biden dan anggota senior tim keamanan nasionalnya, yang berusaha untuk mengendalikan risiko perang regional yang lebih luas menyusul serangan misil dan drone Iran yang ditujukan ke Israel, telah memberi tahu rekan-rekan mereka bahwa AS tidak akan berpartisipasi dalam tindakan ofensif terhadap Iran, menurut pejabat AS yang akrab dengan masalah tersebut.
Biden, dalam percakapan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, menekankan bahwa intersepsi Israel terhadap serangan tersebut adalah kemenangan besar dan menyarankan bahwa respons lebih lanjut tidak diperlukan. AS menganggap bahwa serangan tersebut tidak menimbulkan kerusakan signifikan di dalam Israel sendiri dan menunjukkan kemampuan militer Israel yang lebih unggul.
Israel membalas pada 19 April dengan menyerang target di atau dekat Isfahan, Iran, termasuk situs nuklir Natanz serta basis Suriah yang dipegang oleh SAA. Meskipun Iran meremehkan serangan Israel dan menyatakan tidak ada pembalasan yang direncanakan, analis memperingatkan bahwa ketegangan masih tinggi.
Presiden Iran, Ebrahim Raisi, adalah seorang konservatif dengan kekuasaan terbatas oleh Pemimpin Tertinggi. Parlemen (Majlis) berperan dalam legislasi, tetapi undang-undang harus disetujui oleh Dewan Wali. Dewan Wali memiliki kekuasaan besar, termasuk menyetujui calon presiden dan anggota parlemen. Majelis Ahli memilih dan mengawasi Pemimpin Tertinggi, meski jarang menggantinya. Dewan Keamanan Nasional Tertinggi bertanggung jawab atas kebijakan keamanan dan pertahanan.
Dinamika politik Iran ditandai oleh persaingan antara kelompok konservatif dan reformis. Konservatif mendukung kekuasaan kuat Pemimpin Tertinggi, sedangkan reformis mendorong pembaruan politik dan sosial. Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) memiliki pengaruh besar dalam politik dan ekonomi.
Iran menghadapi tantangan ekonomi serius akibat sanksi internasional terkait program nuklirnya, yang memicu protes dan ketidakpuasan sosial. Kebijakan luar negeri Iran berfokus pada menjaga kekuasaan regional dan mendukung sekutu non-negara di Timur Tengah, sementara program nuklirnya menjadi sumber ketegangan internasional. Secara keseluruhan, konstelasi politik Iran sangat dipengaruhi oleh dominasi konservatif, peran sentral Pemimpin Tertinggi dan tantangan ekonomi serta politik yang kompleks.
Konstelasi politik Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sangat kompleks dan penuh tantangan. Pemerintahan koalisi Netanyahu, yang dibentuk pada akhir 2022, sangat bergantung pada partai-partai sayap kanan dan religius seperti Partai Zionis Religius, Shas, dan United Torah Judaism. Ketergantungan ini telah menyebabkan ketegangan domestik dan kritik internasional yang signifikan, terutama terkait isu-isu sensitif seperti Yerusalem dan Bukit Bait Suci.
Di dalam negeri, Netanyahu menghadapi protes besar dan gesekan politik yang signifikan, diperburuk oleh reformasi yudisialnya dan persidangan korupsi yang sedang berlangsung, yang menurut para kritikus merongrong institusi demokrasi Israel. Secara internasional, hubungan dengan beberapa negara telah tegang karena tindakan dan pernyataan oleh anggota koalisi, yang menyebabkan insiden diplomatik, seperti penundaan kunjungan Netanyahu ke UEA. Secara keseluruhan, situasi politik di Israel adalah keseimbangan yang rumit antara menjaga stabilitas koalisi, mengatasi perbedaan internal dan mengelola hubungan internasional yang tegang.
Setelah serangan Iran terhadap Israel, situasi politik global tentunya mengalami ketegangan yang signifikan. Serangan tersebut, yang mencakup penggunaan drone dan misil balistik, adalah salah satu serangan paling serius sejak konflik antara Israel dan Hamas pada bulan October tahun lalu, dan dilakukan sebagai balasan atas serangan terhadap kedutaan besar Iran di Damaskus, Suriah, yang menewaskan beberapa pejabat tinggi Iran. Reaksi internasional umumnya menyerukan penahanan diri untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.