Kontestasi pesta demokrasi yaitu berupa Pemilu ( Pemilihan Umum ) sudah selesai di laksanakan oleh masyarakat Indonesia. Dengan menggunakan sistem yang baru di Pemilu kali ini yaitu pemilihan legeslatif di barengi oleh Pilpres ( Pemilihan Presiden ). selesainya Pemilu ini kita dapat melihat hasil dari sebuah upaya dari masing-masing partai politik maupun kandidat capres dalam Pilpresnya.
Yang menarik dari Pemilu dan Pilpres kali ini adalah dimana issue-issue tentang agama kental dan sering di perbincangkan dalam diskursus politik nasional hingga secara nyatanya terlihat dari kandidat dari pasangan 01 mengambil sosok wakil yang dari kalangan tokoh agama nasional yang itu merupakan bentuk nyata politik agama sangat kental dalam berlangsungnya Pemilu 2019 ini. kapan bermulanya opini publilk menguat tentang politik islam?
Pilkada DKI Jakarta 2017
Issue agama menjadi sangat populer dan menjadikan penting dalam memilih sebuah kandidat pertama kali pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Dimana pada tahun 2016 kasus tentang penistaan agama oleh BTP membuat resah masayarakat, dan menjadi puncak pada aksi 411 dan 212 yang hingga saat ini masih ada efek dari aksi-aksi tersebut dari sisi sosiologis hingga sisi politik praktis. Walaupun belum ada temuan penelitian apakah sangat berpengaruh efek aski tersebut hingga ke pemilu 2019. Tetapi dari efek ini tidak bisa di anggap remeh karena sejak kejadian itulah fenomena diskursis politk islam menjadi kuat.
Dari isu ini lah berkembang bahwa pemerintahan Jokowi sebagai Presiden agak terkesan melindungi BTP yaitu sahabatnya. Terlihat kasus BTP yang terkesan agak lamban,dan menjadi puncak di aksi 212 dimana masyarakat mulai sangat geram waktu itu hingga akhirnya Jokowi berjanji mempercepat selesainya kasus BTP. Dalam Issue ini juga mulai berkembang pesat bahwa Jokowi agak terkesan berjarak dengan umat islam di saat itu, walaupun mungkin itu adalah stigma tetapi itulah yang menjadi fakta bahwa dalam kejadian tersebut Jokowi dan politik islam mulai menguat.
Dalam issue Pilkada DKI ini pun bukan hanya selesai di kasus BTP, tetapi juga issue mengenai kriminalisasi ulama yang banyak terjadi, walaupun pasca dari Pilkada DKI, tetapi ini menjadi sebuah buntut dari issue kasus BTP, 411 dan 212.
Ma'ruf Amin Menjadi Cawapres Jokowi
Pada saat masih simpang siurnya kandidat capres maupun cawapres, semua kubu sangat berfikir keras siapa para pendamping kandidat capresnya nanti. Di dalam kubu Jokowi pun sempat menjadi heboh karena yang rumor awalnya yang sangat kuat yang mendampingi Jokowi adalah Mahfud MD. Bahkan persiapan Mahfud MD untuk menjadi cawapresnya Jokowi pun bisa di katakana sudah sangat matang. Tetapi gegernya masyarakat Indonesia di last minutes Jokowi memilih cawapresnya yaitu Ma'ruf Amin, dimana diluar dari prediksi. Saking gegernya acara TV popular yang membahas politik pun menjadikan judul khusus tentang mengapa Mahfud MD tidak menjadi cawapres Jokowi.
Tetapi yang terpenting bukanlah tentang pergantian cawapres di last minutes, melainkan mengapa Ma'ruf Amin yang dipilih menjadi cawapresnya Jokowi. Terpilihnya Ma'ruf Amin yang merupakan tokoh agama nasional yaitu ketua MUI ( Majelis Ulama Indonesia) adalah seperti jawaban atas stigma negative kepada Jokowi tentang ada jarak antara Jokowi dengan kalangan ummat islam dan diharapkan akan menumbangkan issue negative Jokowi terhadap kalangan islam.
Kampanye Partai Politik & Kandidat Capres-Cawapres
Dalam masa kampanye banyak sekali program hingga moment tentang issue agama islam yang di gunakan. Sebut saja dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang mempunyai tagline "Bela Rakyat, Bela Umat", Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan program membuat RUU Perlindungan Ulama & Tokoh Agama, hingga yang menjadi terakhr acara kampanye akbar 02 yang di laksanakan di GBK ( Geloran Bung Karno) yang sangat kental dengan kampanye issue agama.