Lihat ke Halaman Asli

Fadhil Naufal

Mahasiswa

Red Flag Alert! Kenali Tanda-tanda Toxic Relationship

Diperbarui: 19 Juni 2024   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Alina dan Budi adalah pasangan muda yang awalnya tampak sempurna, tetapi hubungan mereka perlahan berubah menjadi mimpi buruk. Budi sering kali cemburu tanpa alasan dan mengontrol setiap gerak-gerik Alina, sementara Alina merasa semakin tertekan dan kehilangan jati dirinya. 

Ketika Alina berusaha berbicara tentang perasaannya, Budi malah memutarbalikkan fakta, menyalahkan Alina atas semua masalah mereka. Di balik senyuman mereka di depan teman-teman, Alina sering menangis sendirian di malam hari, merasa terperangkap dan bingung apakah cinta mereka masih bisa diselamatkan atau apakah lebih baik melepaskan diri demi kebaikan mentalnya sendiri.

Toxic relationship menjadi istilah yang semakin populer, terutama di kalangan Gen-Z, untuk menggambarkan hubungan yang merusak. Menurut Dr. Lillian Glass, seorang pakar komunikasi dan psikologi, toxic relationship adalah "hubungan di mana dua orang tidak saling mendukung, di mana konflik dan kekacauan menjadi hal yang biasa." 

Ini tidak hanya mencakup kekerasan fisik, tetapi juga pelecehan emosional dan psikologis. Alina dan Budi adalah contoh nyata bagaimana ketidakpercayaan dan rasa cemburu yang berlebihan dapat merusak dinamika hubungan.

Tanda-tanda hubungan yang beracun sering kali terlihat dari perilaku seperti manipulasi dan kontrol yang ekstrem. Budi, misalnya, mengendalikan setiap aspek kehidupan Alina, dari pergaulan hingga keputusan pribadi. Komunikasi negatif juga menjadi ciri khas, dengan kritik, sarkasme, dan penghinaan yang berulang kali terjadi. Selain itu, kurangnya dukungan emosional membuat Alina merasa sendirian dan tidak dihargai. Semua ini adalah indikator kuat dari hubungan yang tidak sehat.

Mengatasi hubungan beracun memerlukan keberanian dan langkah tegas. Dr. Judith Orloff, seorang psikiater terkemuka, menyarankan agar seseorang pertama-tama menyadari dan mengakui adanya masalah. Menetapkan batasan yang jelas adalah langkah penting, seperti meminta ruang pribadi dan waktu untuk diri sendiri. 

Selain itu, mencari dukungan dari teman, keluarga, atau konselor profesional bisa sangat membantu dalam memberikan perspektif dan bantuan yang dibutuhkan. Alina, misalnya, bisa mulai berbicara kepada teman dekat atau keluarga yang ia percayai untuk mendapatkan dukungan moral.

Memprioritaskan kesejahteraan diri sendiri adalah kunci untuk keluar dari hubungan yang beracun. Aktivitas seperti meditasi, olahraga, dan mengejar hobi dapat membantu memulihkan keseimbangan emosional. 

Jika hubungan tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, mempertimbangkan untuk mengakhiri hubungan mungkin menjadi pilihan terbaik. Langkah ini penting untuk melindungi kesehatan mental dan fisik diri sendiri. Alina harus menyadari bahwa kebahagiaannya sendiri lebih penting daripada mempertahankan hubungan yang merusak.

Setiap individu berhak berada dalam hubungan yang sehat dan mendukung. Hubungan yang beracun adalah ancaman serius bagi kesejahteraan emosional dan psikologis seseorang. Dengan mengenali tanda-tanda dan mengetahui cara mengatasinya, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri dan memastikan bahwa kita hidup dalam lingkungan yang positif dan penuh kasih.

Pendidikan dan kesadaran akan pentingnya hubungan yang sehat dapat membantu banyak orang, seperti Alina, untuk keluar dari situasi sulit ini dan menemukan kembali kebahagiaan mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline