Bersocial media, asyik ya? Kita bisa bertukar cerita dengan teman-teman hanya dengan satu genggaman. Apalagi di masa pandemi sekarang, mengetahui keseharian teman dan saling bercakap tentang aktivitas sehari-hari pasti menyenangkan.
Tapi tidak jarang, banyak orang yang menjadi bosan dengan social media. Bukan cuma bosan, tapi mereka jadi tertekan. Apakah Anda juga merasakannya?
Erin A. Vogel, seorang psikologi sosial yang melakukan studi pada social media mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari penggunan social media. Salah satunya adalah memberikan penilaian yang rendah pada kehidupan diri sendiri.
Ini dikarenakan, orang-orang sering menganggap kehidupan orang lain lebih ideal dan lebih indah dibanding kehidupan mereka sendiri. Padahal belum tentu apa yang ditampilkan di social media adalah kenyataan, bukan?
Dampak negatif kecanduan social media lainnya, masih menurut Vogel, seseorang akan jadi merasa banyak membuang waktu dan memperburuk mood. Ada juga perasaan cemas berlebihan yang disebut dengan FOMO atau Fear of missing out. Seseorang yang dilanda FOMO akan merasa takut atau khawatir bila tidak mengetahui berita atau tren terkini.
Tentu Anda tidak menginginkannya bukan?
Salah satu solusi yang dapat Anda lakukan adalah: puasa social media. Carla Marie Manly, psikolog klinis dan penulis Joy from Fear, mengatakan bahwa puasa social media memberikan jeda yang sangat dibutuhkan untuk tubuh, pikiran, dan jiwa.
"Fasts can increase positivity, decrease anxiety, and assuage feelings of depression."
Masih menurut Manly, puasa social media tidak menjadikan Anda mengasingkan diri sepenuhnya dari pergaulan. Anda hanya akan bergaul dengan cara yang berbeda dan lebih bermakna. Waktu dan energi kita juga dapat dialihkan ke aktivitas yang lebih positif. Seperti fokus pada pertumbuhan atau perkembangan diri.
Phil Reed, profesor psikologi dari Swansea University mengatakan, berdasarkan hasil studinya, orang-orang yang ketergantungan pada perangkat digital tidak lagi merasa cemas ketika berhenti menggunakan social media (bahkan internet). Bukan cuma psikologis, tapi juga disertai dengan perubahan secara fisiologis. Wow, menarik ya?