Lihat ke Halaman Asli

Fadhilatus Sholihah Ahfa

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi, UNJ

Pentingnya 1000 Hari Pertama dalam Cegah Stunting

Diperbarui: 22 Oktober 2023   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fadhilatus Sholihah Ahfa

Pendidikan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta

27adhilaa@gmail.com

PENDAHULUAN

Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2019, angka balita gizi buruk dan stunting di Indonesia mencapai 27,67% atau setara dengan sekitar 1 anak dibawah 5 tahun dari 4 anak. atau lebih dari 8 juta anak mengalami kekurangan gizi dan stunting. Angka tersebut masih lebih tinggi dari standar yang ditetapkan WHO, yaitu angka stunting di suatu negara tidak boleh melebihi 20%. Oleh karena itu, Presiden Jokowi pernah menyampaikan bahwa pemerintah menargetkan penurunan angka stunting hingga 14% pada tahun 2024. Tingginya angka stunting pada remaja  Indonesia menjadi perhatian utama pemerintah dan masyarakat.

Stunting adalah suatu kondisi di mana anak gagal tumbuh karena kekurangan gizi  jangka panjang, infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi. Kondisi ini menyebabkan terhambatnya perkembangan otak serta tumbuh kembang anak sehingga mempengaruhi tingkat kecerdasannya.  Permasalahan stunting pada anak di Indonesia bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja namun juga menjadi tanggung jawab pemerintah. dari publik. Padahal, permasalahan keterlambatan tumbuh kembang pada anak tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua saja, namun juga  remaja.

Remaja berperan penting dalam mencegah stunting dengan memperbaiki pola makan dan gaya hidup sehat. Pakar gizi Rita Ramayulis mengatakan  stunting merupakan kondisi yang bersifat siklus. Remaja yang mengalami gizi buruk jika tidak segera diperbaiki maka akan menjadi ibu hamil yang mengalami gizi buruk. Ibu hamil yang kekurangan gizi akan melahirkan anak yang kekurangan gizi. Anak yang kekurangan gizi kemudian akan menjadi anak yang mengalami keterbelakangan mental. Oleh karena itu, remaja masa kini harus berperan penting dalam perubahan yang perlu mereka lakukan untuk dirinya sendiri.

BAGIAN

Stunting adalah suatu kondisi dimana bayi dianggap pendek atau kecil untuk usianya. Panjang atau tinggi badan lebih rendah dari standar pertumbuhan anak (Kementerian Kesehatan, 2018). Stunting  merupakan  kondisi  gagal  tumbuh  pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga  anak  lebih  pendek untuk usianya.  Kekurangan   gizi   terjadi   sejak   bayi   dalam   kandungan  dan  pada  masa  awal  kehidupan  setelah  lahir,  tetapi  baru  tampak  setelah  anak  bersusia 2 tahun (Izwardy, 2019).

Stunting pada anak-anak merupakan masalah kesehatan global yang ditandai dengan tidak tercapainya potensi perkembangan anak secara maksimal. Hal ini mempunyai konsekuensi serius bagi kelangsungan hidup anak-anak, perkembangan kognitif dan kesehatan jangka panjang. Stunting dipengaruhi oleh banyak faktor berbeda dan memerlukan pendekatan multifaset untuk mengatasi permasalahannya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan target global untuk mengurangi stunting, namun kemajuannya tidak merata di seluruh wilayah. Tindakan pencegahan, termasuk intervensi gizi, diperlukan, namun pendekatan multidisiplin diperlukan untuk mengatasi faktor-faktor penentu malnutrisi.

Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia merupakan salah satu negara ketiga dengan tingkat stunting tertinggi di Asia Tenggara (Kementerian Desa, Pembangunan dan Migrasi Daerah Tertinggal, 2017). Angka stunting di Indonesia menurut data Riskesdas 2018 untuk balita masih sebesar 30,8 % dan balita sebesar 29,9%. Sedangkan Jawa Timur memiliki angka penularan lebih tinggi dibandingkan angka nasional sebesar 32,81%. Di  kabupaten Blitar selama pendataan pada anak usia 0-5 tahun sepanjang bentang Februari sampai Agustus 2019 didapatkan data dari 55.885 hasilnya 18,06 % atau lebih dari 10.000 anak dinyatakan stunting (Alivia & Yuantoro, 2019).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline