Lihat ke Halaman Asli

Fadhilatun Nisa Adiilatun

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Airlangga

Dua Alam Kian Menyatu, Resensi Cerpen Tamasya Kota Pernia oleh Toni Lesmana

Diperbarui: 23 September 2023   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul Buku       : Tamasya Kota Pernia

Penulis             : Toni Lesmana

Penerbit           : Basabasi

Cetakan           : Pertama, Februari 2018

Tebal                : 228 halaman

ISBN                : 978-602-61246-0-9

"Aku sebenarnya tidak ingin membawamu setiap hari tamasya ke dunia ini. Tapi ke mana lagi. Tak ada tempat lain bagiku. Dongeng-dongeng indah yang menawan sudah habis dan kau menolak variasi apa pun, apalagi pengulangan. Ingatanmu kuat, hingga tak bisa kusiasati. Sejak tamat riwayat cerita-cerita, kau selalu saja mengajak bermain ke tempat-tempat baru. Kamar dan rumah tak pernah bisa membuatmu betah." - Toni Lesmana

CERPEN sebagai karya sastra berbentuk tulisan yang lahir dengan berbagai cerita para pengarangnya akan memberikan sesuatu yang indah dan dapat dinikmati, bukan sesuatu yang rumit untuk dibaca. Karya sastra mengenai fiktif atau rekaan akan fokus pada satu aspek cerita dan mengungkapkan hal penting. Tokoh tertentu sengaja tidak dipertunjukan agar efek pengarang ke pembaca dapat tersampaikan hanya melalui pesan tersurat maupun tersirat.

Toni Lesmana sebagai penulis dua bahasa; bahasa Indonesia dan Sunda, mampu memberikan suasana baru pada pembaca mengenai apa yang ditulisnya. Gaya khas dalam kepenulisannya menuai banyak pujian melalui cerpen 'Tamasya Kota Pernia'. Toni meletakkan pesan melalui kalimat dalam cerpennya yang disusun secara tersirat pada tiap kalimat sehingga dapat melahirkan makna pemikiran sesuai kriteria pembaca.

Cerpen 'Tamasya Kota Pernia' karya Toni Lesmana terbagi dalam dua bagian. Pada bagian pertama menceritakan mengenai dunia yang semakin modern, kehadiran masyarakat bergantung pada teknologi, dan penyimpangan tabu menjadi hal yang lumrah di mata masyarakat abad 21. Pada bagian kedua kembali menceritakan kesedihan dan kegelisahan manusia alam tradisi.

Salah satu kumpulan cerpennya dalam judul 'Hantu di Depan Pintu' menggambarkan pengaruh teknologi yang sudah berkembang. Diceritakan Watir bertemu sosok hantu berperawakan nenek moyang bernama Nini Anteh. Terlepas dari hal imajinasi di luar nalar yang ditulis oleh Toni Lesmana, terselip satu hal pesan tersirat. Watir sendirian di rumah, orang tuanya bekerja hingga larut malam dan jarang bertemu si anak. Terkadang hanya sebuah tape recorder yang otomatis menyala untuk memerintahkan anak untuk tidur ataupun bangun untuk sekolah. Dapat dilihat bahwa teknologi sudah mengambil peran manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline