Lihat ke Halaman Asli

Jodoh yang Baik Dimulai Dari Diri yang Baik

Diperbarui: 27 Oktober 2024   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

   Masalah perjodohan tidak perlu dikhawatirkan. Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah menjanjikan hambanya untuk hidup berpasang-pasangan. Hal itu telah dijamin oleh Allah sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur'an surah An Nahl ayat 72 yang memiliki arti : Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjadikan bagimu dari pasanganmu, anak-anak, dan cucu-cucu serta menganugrahkan kamu rezeki yang baik baik.

   Akan tetapi, banyak dari kalangan anak muda zaman sekarang, dari Gen Z maupun Gen Alpha, yang mewajarkan malah memperlambat datangnya jodoh dengan cara berpacaran yang mana itu sudah menjadi hall umrah di sekitar mereka. Bahkan muncul istilah lain yang tidak jauh dengan pacaran, yaitu HTS (Hubungan Tanpa Status). Dimana orang orang malah menggunakan istilah tersebut untuk "membenarkan" perbuatan mereka, membantah pernyataan orang lain bahwa mereka itu pacaran atau berzina.

   Mereka memfokuskan diri bagaimana cara mendapatkan hatinya, hingga lupa padahal hatinya itu milik Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Pada dasarnya, hati manusia ini sangat mudah dibolak balikkan. Dia sangat mudah membolak-balikkan hati hamba-hamba-Nya. Maka dari itu kita dianjurkan untuk berdoa meminta keteguhan hati pada hadist riwayat Tirmidzi yang memiliki arti : Wahai Dzat yang Maha membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.  Kemudian salah satu contoh nyata bahwa sangat mudah hati kita dibolak balikkan adalah berawal dari benci berubah menjadi suka.

   Perasaan suka dapat timbul dari kebiasaan. Seperti yang sudah kita ketahui, generasi sekarang adalah generasi digital yang sangat mudah untuk berkomunikasi satu sama lain. Dari kemudahan ini, tidak sedikit kalangan anak muda yang menyalahgunakannya. Berawal mengobrol dengan lawan jenis untuk menanyakan tugas kampus yang berujung "terbiasa" mengobrol dengannya, dari hal yang awalnya "yang penting penting aja" berujung pada "yang tau tau aja", yang awalnya "cari aku jika perlu" berakhir dengan tersirat di hati seseorang di antara mereka "cukupkan aku menjadi satu-satunya pilihanmu"

   Tetapi menurut saya, cara terbaik dalam hal menyukai seseorang adalah memperbaiki diri menjadi sosok yang lebih baik dari sebelumnya. Menyiapkan diri dengan semua kemungkinan yang akan terjadi di kemudian hari, entah berhasil bersamanya dengan izin Allah ataupun Allah menggantikannya dengan yang lebih baik darinya.

   Saya setuju dengan kata-kata yang sering digunakan pada social media di beberapa hari ini. Yang terjaga untuk yang menjaga. Seburuk-buruknya manusia, pasti ingin memiliki pasangan yang sholeh/sholehah. Maka dari itu, fokuskanlah diri kita dengan hal-hal yang positif, seperti mengikuti kajian, membaca buku, berdiskusi dengan teman, dan lain sebagainya.

   Selama menjalani proses perbaikan diri, sertai juga doa memohon keluarga dan anak yang sholeh. Kenapa demikian? Karena doa bagaikan tabungan darurat. Dia akan berguna di hari terbaik dengan takaran terbaik versi Allah. Memohon keluarga yang sholeh dengan menyelipkan kriterianya di dalam hati juga bisa menjadi salah satu "jalur langit" mengejarnya dengan cara yang halal.

   Satu hal lagi yang harus selalu diingat. Pada salah satu hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, "Allah Ta'ala berfirman : Aku sesuai persangkaan hamba-Ku". Maka dari itu, berprasangkalah bahwa dia adalah jawaban dari usaha dan doamu selama ini. Maka itu akan menjadi salah satu alasan mengapa kita masih beristiqomah menyukainya dari jauh, bahkan tanpa komunikasi sekalipun. Tapi perlu diingat, bahwa niatkan segala sesuatu adalah bentuk ibadah kepada Allah. Agar selama berjalannya proses perbaikan diri tersebut tidak sia sia dan kita tidak akan kecewa dengan hasilnya, karena kita juga sembari bertawakal kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Menunggu takdir baik menghampiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline