Manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna, karena manusia dibekali berbagai kelebihan dibanding dengan makhluk lain, yaitu kelebihan nafsu (sifat dasar iblis), taat/patuh/tunduk (sifat dasar malaikat) dan akal (sifat keistimewaan manusia). Ketiga hal tersebut membuat manusia memiliki kedudukan yang tinggi di hadapan-Nya.
Sebelum lebih jauh membahas tentang hakekat manusia dalam dimensi filsafat, penulis terlebih dahulu memaparkan tentang pengertian filsafat itu sendiri. Secara etimologis, filsafat berakar dari bahasa Yunani yaitu phillein yang berarti cinta, dan shopia yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat adalah "cinta akan kebijaksanaan". Kata sophia dalam pandangan filsafat lebih dari sekedar "wisdom" dalam bahasa Inggris.
Menurut pandangan Zaenal Abidin, tentang eksistensi manusia dan tahapan perkembangannya, meliputi;
- Tahap Estetis, tahap ini adalah tahap di mana orientasi hidup manusia sepenuhnya diarahkan untuk mendapatkan kesenangan.
- Tahap Etis, tahap ini adalah di mana individu mulai menerima kebajikan-kebajikan moral dan memilih untuk mengikatkan diri kepadanya.
- Tahap Religius, tahap ini bisa kita pertimbangkan segala konsekuensi yang mungkin akan kita hadapi.
Para ahli pikir dan ahli filsafat memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini;
- Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi.
- Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir.
- Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun.
- Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai membuat perkakas atau disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang pandai membuat alat.
- Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
- Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis.
- Manusia adalah Homo Religious, yaitu makhluk yang beragama.
Kesimpulannya, filsafat manusia menyoroti gejala dan kejadian manusia secara sintesis dan reflektif, serta memiliki ciri-ciri ekstensif, intensif dan kritis. Kalau demikian, maka dengan mempelajari filsafat manusia berarti kita dibawa ke dalam panorama pengetahuan yang sangat luas, dalam dan kritis, yang menggambarkan esensi manusia. Panorama pengetahuan seperti itu, paling tidak memiliki manfaat ganda yakni manfaat praktis dan teoritis.
Nama : Fadhilah Annisa Fitri
Nim : 230802060
Prodi : Psikologi Islam 2023
Artikel ini saya buat untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Filsafat oleh dosen pengampu : Arifati Ilma Lubis, S.Psi., M.Psi,Psikolog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H