Lihat ke Halaman Asli

Fadhilah Putri Sahda

Mahasiswa Universitas Diponegoro

Awareness of Food Waste and Food Loss

Diperbarui: 9 September 2022   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: istockphoto 

Indonesia adalah pembuang sampah makanan nomor 2 di dunia setelah Arab Saudi. Menurut FAO (2016) sampah makanan di Indonesia berjumlah 13 juta ton setiap tahun, sama dengan 500 x berat Monas di Jakarta dan diperkirakan mampu menghidupi 28 juta orang. Sampah berasal dari retail, restoran, rumah tangga maupun industri pengolahan makanan dan jalur distribusi.

Catatan tersebut juga didukung dari hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dengan sejumlah lembaga mengenai hasil studi komprehensif terkait food loss & waste di Indonesia pada 2021. Menurut kajian tersebut, sampah makanan yang terbuang di Indonesia sejak tahun 2000 hingga 2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram per kapita per tahun.

Dalam kajian juga menunjukkan timbulan food loss & waste di Indonesia didominasi oleh jenis padi-padian (beras, jagung, gandum, dan produk terkait), adapun jenis pangan yang prosesnya paling tidak efisien adalah sayur-sayuran, di mana kehilangannya mencapai 62,8% dari seluruh suplai domestik sayur-sayuran yang ada di Indonesia.

Sementara itu, berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2020, komposisi sampah nasional paling tinggi disumbang oleh sampah rumah tangga. Berturut-turut selanjutnya sampah dari pasar tradisional, sampah kawasan, sampah lainnya, sampah perniagaan, sampah dari fasilitas publik, dan sampah perkantoran.

"Suatu angka yang luar biasa dan memprihatinkan yang jelas ini jadi ancaman bagi ketahanan pangan dan gizi Indonesia," kata Vice Chairperson of CODEX Alimentarius Commission Prof. Dr. Purwiyatno Hariyadi, MSc., CFS., pada Jumat (9/10/2020).

Faktor penyebab dari adanya food waste ini antara lain:

  1. Penyimpanan yang kurang baik sehingga menyebabkan pangan rusak dan terbuang. Hasil kajian menemukan tidak sedikit masyarakat yang menyimpan bahan makanan di dalam kulkas hingga busuk dan terbuang.
  2. Penanganan proses produksi yang kurang baik entah ketika didistribusikan atau setelah panen dan perilaku konsumsi masyarakat yang meningkat.
  3. Kurangnya edukasi masyarakat baik dari sisi konsumen maupun petani yang memproduksi bahan pangan (cara simpan dan perlakuan dalam proses produksinya).
  4. Preferensi konsumen dalam memilih bahan pangan atau makanan. Biasanya terjadi di pedagang atau toko bahan pangan di mana bahan baku makanan yang tidak lazim oleh masyarakat Indonesia tidak dibeli sehingga akhirnya terbuang.
  5. Perilaku konsumen yang mengambil porsi berlebih sehingga menyisakan makanan yang pada akhirnya terbuang. Perlu adanya evaluasi pola pikir pada masyarakat Indonesia

Dari faktor penyebab tersebut akan memunculkan berbagai dampak, baik dampak negatif maupun positif.

Adapun dampak negatifnya yaitu:

a. Segi lingkungan

Limbah makanan tersebut akan semakin menambah akumulasi gas rumah kaca di atmosfer. Hal ini dikarenakan sampah organik atau sampah makanan yang terbuang di tanah menyumang 50-55% gas metana dan 40-45% gas CO2 yang berdampak pada pemanasan global. Adapun beberapa bahaya bagi lingkungan seperti bencana ledakan sampah, terjadinya air lindi, berkurangnya keberagaman makhluk hidup, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline