Pernahkah Kompasianer bertemu dengan orang asing di tempat umum dan secara tidak langsung menceritakan banyak hal ? Jika pernah, maka itu disebut juga sebagai fenomena Stranger on A Train. Mungkin bagi sebagian orang Stranger on A Train masih cukup asing jika dibicarakan tetapi tanpa diketahui kita pernah melakukannya, orang awam mungkin mengartikan fenomena ini seperti orang asing di kereta. Anggapan tersebut tidak dapat disalahkan karena secara umum memang benar, makna Stranger on A Train sendiri mengarah pada keadaan kita bercerita kepada orang tidak dikenal (asing) dipublik.
Kita tidak pernah mengenal partner bicara kita sebaliknya mereka pun begitu, tetapi obrolan yang dibicarakan bisa sangat panjang dan berkelanjutan. Bahkan kita secara tidak sadar curhat masalah privasi kepada orang asing yang seakan-akan meminta saran apa yang harus dilakukan, dan lebih terbuka dibandingkan dengan orang ada disekitar kita. Mengapa kita bisa melakukan itu semua karena hal ini dipengaruhi beberapa hal, seperti perasaan tidak akan di judge oleh lawan bicara, pemikiran bahwa kita hanya akan sekali bertemu dengan orang tersebut, dan orang asing akan lebih berempati kepada kita dengan cerita yang disampaikan (West&Turner(2008)).
Perkembangan teknologi juga mempengaruhi fenomena ini, jika dahulu hanya bisa terjadi secara lansung saja sekarang dapat terjadi melalui jejaring media sosial (online). Jangkauan Stranger on A Train secara online itu lebih luas daripada secara face to face karena kita bisa langsung berinteraksi dengan banyak orang sekaligus, tidak seperti ditempat publik mungkin hanya 1 sampai 3 orang saja.
Sekarang, kita mengalami Stranger on A Train hanya saja tidak sadar akan hal itu. Mempunyai akun media sosial seperti instagram, twitter, facebook, dan lain-lain kemudian berinteraksi melalui akun tersebut dengan orang lain menjadi contoh Stranger on A Train. Media sosial yang sedang naik daun saat ini adalah twitter, banyak sekali cerita seseorang mendapatkan seorang teman yang hanya bermula dari perkenalan di DM twitter kemudian menjadi dekat satu sama lain dan pertemanan mereka pun terjalin. Bukan sesuatu yang spesial untuk sekarang ini seseorang dekat hanya dengan berkenalan melalui media sosial padahal dahulu sama-sama seseorang anonim, bukan hanya melalui DM tetapi ada juga yang melalui account base berisi tentang pertanyaan meminta pendapat apa yang harus dilakukan, dan lain-lain.
Dari base tersebut ada orang yang bercerita tentang pengalaman pribadinya padahal tidak mengenal siapa yang mengirim pertanyaan tersebut, komentar-komentar dari orang lain padahal tidak mengenal satu sama lain juga, orang-orang tersebut hanya berada dibalik akun tanpa diketahui secara pasti identitas yang sebenarnya dikehidupan nyata. Selain twitter ada juga media sosial chatting seperti telegram, dengan menggunakan bot kita bisa bertukar pesan dengan orang lain yang anonim. Hubungan baru yang muncul dari media baru dan berasal dari seseorang yang berinteraksi intim secara anonim disebut juga " Intimate Stranger " (Hidenori Tomita, 2005).
Jika sebelumnya membahas fenomena Stranger on A Train melalui media sosial maka kita akan kembali saat seperti apa fenomena terjadi secara langsung. Stranger on A Train sering terjadi ditempat publik seperti, terminal, bandara, stasiun, dan lain-lain. Hanya berawal dari mengajak mengobrol seseorang yang berada disamping kita saat sedang dalam perjalanan atau sedang menunggu transportasi datang dan berlanjut bercerita satu sama lain, yang kemudian secara tidak sadar saling bertukar pikiran, dan berbagai pendapat. Sebagian orang merasa tidak khawatir menceritakan tentang dirinya kepada orang asing karena mereka yakin tidak akan bertemu kembali, semisal akan membicarakan tentangnya kepada orang lain lagi, mereka tidak tahu identitas jelas atau aslinya seperti apa orang itu.
Stranger on A Train berkaitan dengan Self Disclosure, pengertiannya sendiri juga tidak jauh dengan Stranger on A Train. Self Disclosure adalah teori yang membahas tentang keterbukaan diri seseorang dalam mengungkapkan informasi pribadi dirinya kepada orang lain (Johana et al., 2020). Devito mengatakan (Mailooretal., 2017) ungkapan tentang diri sendiri yang dilakukan biasanya merupakan hal yang bersifat privasi atau disembunyikan dari orang sekitar tetapi ini merupakan sesuatu hal yang bersifat positif karena seseorang berani untuk membuka diri atau sekedar bercerita kepada orang lain dan tidak memendam sendirian, lainnya itu dapat membantu kepercayaan diri bahwa tidak apa-apa untuk terbuka dengan orang lain.
Orang yang berusaha untuk mengumpulkan keberanian untuk bercerita tentang dirinya dapat belajar untuk mempunyai kemampuan dalam menghadapi suatu permasalahan, membantu memahami seperti apa dirinyanya, juga mempengaruhi kesehatan mentalnya (Sears(Shurur 2015)). Mengapa berhubungan dengan kesehatan mental? Tidak semua hal dapat kita ceritakan dengan orang sekitar bahkan jika hubungannya pun dekat, bertemu dengan orang asing kemudian menceritakan apa yang menganggu pikiran dan perasaan kita selama ini tanpa harus merasa khawatir menjadi sebuah pemecah masalah. Terkadang kita hanya butuh seseorang untuk bercerita tanpa meminta saran.
Stranger on A Train adalah sesuatu hal yang menarik untuk dicari tahu karena sering terjadi disekitar kita tetapi tidak disadari. Dari artikel diatas tetap harus ada yang diperhatikan yaitu kehati-hatian untuk diri sendiri, jangan sampai membuat terluka atau membuat pengalaman yang tidak bagus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H