Lihat ke Halaman Asli

Fadhilah Fithriah Ananda

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Chemistry Tak Terbantahkan, Nicholas Saputra dan Putri Marino di The Architecture of Love

Diperbarui: 10 Oktober 2024   16:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film "TAOL"/Sumber: radarjember.jawapos.com

Film The Architecture of Love yang dirilis pada 2024 menghadirkan Nicholas Saputra dan Putri Marino sebagai pemeran utama. Disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja, yang sebelumnya dikenal melalui karya-karyanya yang juga berhasil di dunia perfilman indonesia. Seperti Lovely Man (2011), Badai Pasti Berlalu (2007), dan Berbalas Kejam (2023). Film ini menawarkan drama romantis yang mendalam dengan sentuhan sinematografi indah berlatar belakang di New York.The Architecture Love merupakan adaptasi dari novel populer 2016 karya Ika Natassa, yang menggambarkan kisah dua individu dewasa yang tengah memulihkan luka emosional mereka. Nicholas Saputra memerankan River, seorang arsitek yang penuh trauma masa lalu, sementara Putri Marino berperan sebagai Raia, seorang penulis yang terjebak dalam kebuntuan kreatif (writer's block). Pertemuan mereka di New York membawa keduanya dalam perjalanan pemulihan, baik secara emosional maupun romantis.

nicholas saputra/Sumber: Id.pinterest.com

Sosok Nicholas Saputra Sebagai Ikon Film Indonesia

Ikon Film Indonesia Nicholas Saputra telah menjadi nama besar dalam dunia perfilman Indonesia sejak penampilannya yang legendaris sebagai Rangga dalam Ada Apa Dengan Cinta? (2002). Perannya dalam film ini melekat kuat pada publik, membuatnya menjadi ikon dalam genre romantis. Selain itu, Nicholas juga membintangi film-film berkualitas seperti Aruna & Lidahnya (2018) dan Sayap-sayap Patah (2022) yang menambah portofolio aktingnya dengan peran-peran mendalam yang melampaui sekadar karakter romantis.

instagram.com/putrimarino

Putri Marino Aktris Pendatang Baru yang Cemerlang

Putri Marino, yang meraih perhatian melalui film Posesif (2017), tampil sebagai salah satu aktris muda paling menjanjikan di Indonesia. Penampilannya yang natural dalam Posesif memberinya penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia. Setelah sukses dengan film tersebut, Putri membintangi beberapa proyek lainnya, termasuk Susah Sinyal (2017) dan Layangan Putus (2021) memperlihatkan kemampuan aktingnya yang memukau.

Chemistry Nicholas Saputra dan Putri Marino
yang membuat The Architecture of Love begitu istimewa adalah chemistry yang luar biasa. Keduanya berhasil menggambarkan hubungan emosional yang kompleks dan mendalam antara River dan Raia. Chemistry ini tampak sangat kuat, mengingat mereka memerankan dua karakter yang membawa luka masa lalu, namun secara perlahan saling membuka diri untuk kembali mencintai. Adegan-adegan mereka terasa realistis juga terlihat begitu manis namun tidak berlebihan.

Nicholas Saputra, yang terkenal dengan peran sebagai pria cool dan pendiam, kali ini menunjukkan sisi emosional yang lebih mendalam. Dalam beberapa adegan, terutama ketika River mengungkapkan rasa sakit dari masa lalunya, Nicholas berhasil memancarkan emosi yang kuat tanpa terlihat berlebihan. Nicholas berhasil membawa penonton ke dalam emosi karakternya. Bukan sekadar meluapkan rasa sakit, tetapi ia memancarkan perasaan itu dengan intensitas yang tetap terasa cool. Karakter River ini sangat unik, karena meski terlihat tenang dan misterius, River mampu menunjukan bahwa di balik sikapnya yang tenang, ada lautan emosi yang dalam.

Di sisi lain, Putri Marino tampil dengan kelembutan dan keteguhannya sebagai Raia, seorang wanita yang terluka namun tetap kuat. Dari mantan suaminya, ia belajar bagaimana menghadapi kehilangan. Meski perceraiannya meninggalkan bekas, Raia memilih untuk bangkit dan mencari jalan baru melalui karya-karyanya kemudian bertemu River di New York yang ia sebut sebagi kota harapan dan impian. Kota ini menjadi latar yang sempurna untuk perjalanan emosional Raia, karena New York dengan segala hiruk-pikuknya mencerminkan kompleksitas hidupnya yang penuh kebisingan, namun juga tempat untuk menemukan kembali diri dan cinta.


New York dalam pandangan Raia adalah kota yang memberi ruang untuk memulai kembali. Seperti kata River di mana setiap gedung di New York yang berdiri kokoh memiliki ceritanya sendiri, bak dirinya yang juga menyimpan berbagai kenangan dan luka dari masa lalu, tetapi tetap berdiri tegar.

Chemistry mereka tidak hanya terbatas pada interaksi dialog, tetapi juga dalam bahasa tubuh dan tatapan yang sangat meyakinkan. Hal ini membuat penonton benar-benar percaya bahwa hubungan antara River dan Raia berkembang dengan tulus dan alami. Kehadiran mereka di layar menciptakan dinamika yang kuat, seolah-olah setiap momen bersama membawa penonton masuk ke dalam kehidupan emosional mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline