Lihat ke Halaman Asli

TV dan Speech Delay Pada Anak Usia Dini

Diperbarui: 12 Januari 2025   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sepertiga penduduk Indonesia adalah anak-anak. Jumlah ini setara dengan sekitar 85 juta anak-anak dan merupakan jumlah terbesar keempat di dunia. Menurut Dataindonesia.id (2023) berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak usia dini di Indonesia diperkirakan sebanyak 30,2 juta jiwa pada 2023. Jumlah tersebut setara dengan 10,91% dari total penduduk Indonesia pada tahun ini.  Menurut usianya, sebanyak 59,95% anak usia dini di Indonesia berada di rentang umur 1-4 tahun. Sebanyak 28,83% anak usia dini di kelompok umur 5-6 tahun. Sementara, 11,22% anak usia dini berumur kurang dari satu tahun (Unicef 2016). 5 hingga 10 persen anak Indonesia mengalami keterlambatan kemampuan berbicara atau speech delay. Dikutip dari American Academy of Pediatrics, sebuah studi dari rumah sakit anak di Kanada pernah mengamati hampir 900 anak-anak usia enam bulan dan dua tahun. Mereka menemukan bahwa balita yang sering menggunakan gadget cenderung mengalami keterlambatan kemampuan bahasa ekspresif.

Banyaknya jumlah anak-anak terutama yang berusia dini di Indonesia turut memberikan efek terhadap tontonan tayangan televisi streaming atau youtube. Menurut anggota Pokja Komunikasi Publik Gugus Tugas Migrasi TV Digital, Apni Jaya Putra, setidaknya 87 juta anak di Indonesia menonton televisi selama 5 hingga 18 jam. Tingginya durasi menonton televisi atau streaming internet menyebabkan anak akan semakin intens dalam menontonnya.

Perkembangan bahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Umumnya, ada dua faktor utama yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Televisi merupakan bagian dari faktor lingkungan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental, model imitasi yang baik, kesempatan untuk berlatih bahasa, motivasi dan bimbingan. Faktor-faktor tersebut jika belum matang, yang akan terjadi pada anak adalah adanya keterlambatan bicara dan bahasa atau biasa disebut speech delay.

Televisi bisa memberikan dampak positif maupun dampak negatif terhadap perkembangan bahasa anak. Paparan televisi yang berulang-ulang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Tingginya paparan televisi pada tahun pertama kehidupan berhubungan dengan kurangnya perhatian. Paparan televisi yang mengandung kekerasan juga dapat mengakibatkan anak-anak mengalami gangguan perilaku. Namun sesuai usia perkembangannya, program televisi dapat mengajarkan kosa kata baru kepada anak.

Berdasarkan beberapa penelitian diketahui bahwa anak kurang dari 2 tahun belum cukup optimal memproses informasi dari tayangan televisi yang ditonton tapi mampu memberikan efek juga terhadap perkembangannya. Anak usia 2 tahun lebih sudah mulai bisa memproses informasi yang ditampilkan dan sudah mulai untuk meniru informasi yang diterima bahkan hingga gerakan yang dilihatnya. Anak usia 2 tahun lebih bisa juga mendapat manfaat dari paparan televisi, tergantung pada kualitas konten program, kompatibilitas isi program televisi dengan usia anak, dan kesempatan interaksi dengan pendamping sambil menonton. Tetapi jika hal tersebut berlawanan, maka yang didapatkan anak adalah sebaliknya. Paparan televisi yang berlebihan dapat merugikan anak-anak, merangsang otak mereka yang sedang berkembang secara berlebihan. Ini mungkin juga melanggar waktu yang dilakukan anak-anak. Jika tidak, gunakan untuk aktivitas yang lebih bermanfaat bagi perkembangan atau interaksi orang tua.

Memang tidak semua dampak yang muncul dari televisi adalah dampak negative, ada juga positifnya. Seperti yang didapatkan dari hasil review beberapa artikel yang berhubungan. Menonton tayangan televisi yang tepat bisa memberikan manfaat pada anak-anak jika disesuaikan dengan usia perkembangan anak-anak, isi konteks tayangannya, durasi menonton yang sesuai, dan pendampingan orang dewasa. Alangkah lebih baik lagi jika anak-anak diperlakukan sewajarnya sebagai anak-anak, dengan diberikan aktivitas bermain yang menyenangkan, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang disekitarnya untuk mencegah adanya dampak buruk teknologi terutama tayangan terhadap bahasa dan perilaku anak. Perlakuan khusus diperlukan orang tua untuk membantu anak yang mengalami keterlambatan bahasa yang diakibatkan dari paparan tayangan televisi. Beberapa tips atau intervensi yang bisa dilakukan orang tua di rumah sebagai berikut:

  • Lakukan atau berikan aktivitas yang menyenangkan untuk anak-anak, seperti bermain di luar ruangan, bersepeda, atau permainan aktif lainnya yang melibatkan interaksi dengan orang lain.
  • Berikan fasilitas menunjang seperti melakukan terapi wicara, terapi okupasi, terapi perilaku, dan psikolog pada anak untuk membantu mengatasi permasalahannya, dan orang tua melakukannya juga di rumah dengan anak.
  • Ketika menonton televisi, berikan batasan waktu menonton,  dan berikan tayangan yang sesuai usianya dengan adanya pengawasan orang dewasa disertai juga dengan interaksi dua arah antara anak dengan orang dewasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline