Lihat ke Halaman Asli

Bagaimana Bertrand Russel Menulis?

Diperbarui: 29 Juni 2020   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by picjumbo.com from Pexels 

Saya baru saja menghabiskan buku bertajuk Bagaimana Saya Menulis, sebuah kumpulan esai yang ditulis oleh Bertrand Russel. Semua pasti mengenalnya, dia merupakan penulis buku tebal dan terkenal Sejarah Filsafat Barat. Buku yang menjelaskan filsafat sejak Thales hingga Abad 20. 

Buku yang akan saya ulas ini, tidak memiliki tema khusus yang dapat mencakup semua esai-esai di dalamnya. Semua esai itu memiliki keunikan pembahasan tersendiri yang berbeda satu sama lain. Dari sepuluh esai yang dia tulis, satu esai tentang pengalaman dia menulis—angat sedikit dibandingkan esai lain—menjadi menjadi tajuk utama dalam buku ini.

Di awal pengalaman menulisnya, dia mencoba mengikuti gaya penulisan John Stuart Mill. Kebetulan Mill merupakan filosof terkenal yang seangkatan dengan ayahnya. Dia mengikuti Mill dengan mengulang-ulang terus tulisannya, tetapi dia kemudian merasa tidak efektif dengan cara itu. 

Kakaknya memberikan dua prinsip menulis yang sangat aneh menurut saya, yaitu: menulislah dengan tanda koma di setiap empat kata dan gunakan kata hubung 'dan' di awal kalimat. 

Kaidah yang kedua tentu melanggar prinsip tata bahasa, dalam Bahasa Indonesia. Penggunaan 'dan' merupakan bagian yang menghubungkan kalimat-kalimat majemuk setara, yang harus diletakkan di antara dua kalimat.

Di akhir tulisannya, Russel akhirnya menemukan cara penulisan sendiri dengan berusaha menulis dengan kata yang sesingkat mungkin. Dia mengadaptasi model aritmetika, yang sudah dia kuasai sejak remaja, untuk diterapkan menjadi kalimat yang singkat. Metodenya menginginkan sebisa mungkin mengungkapkan pikiran dengan kalimat yang sesingkat mungkin dan mudah dipahami. 

Dia juga sempat mengkritik penulis akademik karena kebanyakan menulis dengan penggunaan kata yang tidak dipahami orang awam, padahal masih ada kata lain yang bisa digunakan agar semua pembaca bisa memahami tulisannya. Saya kira saran Russel sangat bermanfaat dan bisa menjadi prinsip utama dalam menulis, yaitu memahamkan sebisa mungkin dan tidak bertele-tele.

Selain membahas tentang penulisan, buku ini membahas tentang kisah masa kecil Russel. Kisah hidupnya terkurung di dalam rumah tanpa teman, kecuali buku sebagai temannya. Sejak usia tiga tahun dia sudah kehilangan ibunya, lalu disusul ayahnya satu dekade kemudian. 

Hidupnya sungguh menyedihkan, tapi hal itu justru membangkitkan dia—dalam pembacaan saya—untuk mengembangkan ilmunya. Sepeninggal kedua orang tuanya, dia sudah diwasiatkan untuk tinggal bersama sahabat ayahnya. Akan tetapi, pengadilan anak tidak menerima wasiat itu, lantas Russel dirawat bersama kakek dan neneknya.

Russel masih bocah ketika tinggal di situ. Nenek dan Kakeknya orang yang sangat taat beragama. Russel sudah diajari ajaran-ajaran kristiani sejak kecil oleh keduanya. Di rumah, kerjaan Russel membaca buku-buku di perpustakaan kakeknya. Sejak kecil dia sudah mempelajari aritmetika dengan mendalam. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline