Halo, teman-teman! Apakah kalian pernah berkunjung ke dokter gigi? Bagaimana perasaan kalian saat berkunjung? Mungkin, bagi sebagian orang berkunjung dan berobat ke dokter gigi adalah hal yang biasa. Namun, bagi sebagian orang lainnya, seperti anak-anak, mereka cenderung takut untuk berkunjung dan berobat ke dokter gigi. Bagi anak-anak, pengalaman berkunjung ke dokter gigi bisa menjadi hal yang menyeramkan. Mereka mungkin takut ke dokter gigi karena berbagai alasan, seperti stigma atau pandangan negatif akan dokter gigi karena takut akan rasa sakit, suara alat-alat kedokteran gigi yang bising, alat-alat yang tajam, dan rasa tidak nyaman selama tindakan yang dilakukan dokter gigi membuat anak-anak cemas. Hal tersebut merupakan hal yang normal dialami oleh anak-anak dan ketakutan tersebut dapat hilang seiring bertambahnya usia. Namun, alangkah lebih baiknya bila ketakutan berkunjung ke dokter gigi dapat dihilangkan.
Dalam sebuah survei menunjukkan bahwa 16% dari anak usia sekolah memiliki rasa takut terhadap dokter gigi (Maha AlSarheed, 2011). Ketakutan akan berkunjung ke dokter gigi ini dapat menghambat pemberian layanan kesehatan yang berkualitas oleh dokter gigi. Hal tersebut dapat saja berpengaruh terhadap kualitas kesehatan gigi pada anak. Oleh karena itu, penting bagi dokter gigi untuk membangun hubungan yang baik dengan pasien khususnya anak-anak. Hubungan yang baik ini dapat membantu menghilangkan rasa takut pasien. Pembawaan sikap dan sifat dokter gigi juga harus ceria agar anak-anak tidak lagi merasa takut. Selain itu, penampilan seorang dokter gigi juga sangat penting karena anak-anak cenderung menilai dari segi visualisasi penampilan seseorang.
Tempat yang digunakan untuk praktik dokter gigi ternyata juga berpengaruh terhadap rasa takut akan berkunjung ke dokter gigi. Tempat atau klinik yang biasanya terkesan suram dan menyeramkan dapat diubah dengan mengganti warna tembok dengan warna-warna yang cerah dan melukiskan karakter animasi yang disukai oleh anak-anak untuk membangun kesan ceria. Hal tersebut karena anak anak cenderung menyukai bentuk visual, mereka suka warna-warna tempat yang cerah. Pembawaan dari tempat yang cerah akan membangun suasana yang ceria dan nyaman sehingga perhatian anak-anak akan teralihkan. Anak-anak pun menjadi tidak takut saat berkunjung ke dokter gigi.
Selain itu, ada cara lain untuk mengubah perspektif atau stigma anak-anak terhadap dokter gigi agar mereka tak takut untuk berkunjung ke dokter gigi. Pertama, orang tua dapat mengajarkan anak anak untuk pergi ke dokter gigi sejak dini. Hal ini dapat meredakan rasa takut anak-anak sekaligus juga membantu mengetahui kondisi gigi dan merawat kesehatan gigi anak-anak. Kedua, orang tua juga dapat berperan menjadi sosok panutan yang baik, seperti mengajak anak-anak mereka saat mereka pergi ke dokter gigi. Ketiga, dokter gigi dapat memberikan hadiah secara opsional kepada anak-anak setelah kunjungan selesai dengan tujuan agar anak-anak tidak takut untuk datang kembali. Itulah beberapa cara untuk mengubah stigma dokter gigi itu menyeramkan. Selain dokter gigi yang harus melakukan improvisasi dalam bertindak terhadap pasien, peran orang tua juga diperlukan untuk menyingkirkan stigma tersebut.
Sumber Referensi:
Maha AlSarheed. (2011). Persepsi Anak-anak terhadap Dokter Gigi Mereka. PubMed, 5(2), 186--190.
Verury Verona Handayani. (2019, July 17). Anak Takut ke Dokter Gigi? Ikuti 5 Trik Ini. HaloDoc.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H