Lihat ke Halaman Asli

Fadhiil Arjuna Putra

Mahasiswa 23107030048 Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Stop Phubbing! Jangan Ada Phubbing di Antara Kita

Diperbarui: 8 Juni 2024   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: mediakendari.com

Pernahkah kamu merasa terganggu karena temanmu lebih fokus pada ponselnya daripada berbicara denganmu? Atau mungkin kamu sendiri yang sering terganggu oleh notifikasi ponsel ketika sedang bersama teman? Di era digital ini, perangkat teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi, ada juga efek samping yang muncul, salah satunya adalah fenomena yang dikenal sebagai "phubbing," yang merupakan gabungan dari kata "phone" dan "snubbing."

Phubbing menggambarkan kebiasaan seseorang yang lebih memilih berinteraksi dengan ponselnya daripada dengan orang yang ada di sekitarnya. Meskipun terlihat sepele, phubbing dapat mempengaruhi hubungan sosial dan mengganggu kemampuan kita untuk berinteraksi dengan baik.

Sejarah dan Asal Usul Phubbing

Istilah "phubbing" pertama kali diperkenalkan oleh agensi periklanan McCann pada tahun 2012. Mereka menciptakan istilah ini sebagai bagian dari kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang bagaimana penggunaan ponsel yang berlebihan dapat merusak interaksi sosial. Kata ini dengan cepat menyebar dan menjadi bagian dari percakapan sehari-hari di seluruh dunia. Pada Mei 2013, sebuah kelompok di Universitas Sydney, Australia, yang terdiri dari ahli leksikologi, penulis, dan penyair, sepakat untuk mengadopsi istilah ini untuk menggambarkan fenomena sosial yang semakin umum terjadi.

Terfokus Pada Dunia Maya

Phubbing membuat kita terlalu fokus pada layar ponsel, sehingga mengabaikan lawan bicara. Hal ini tentu tidak menyenangkan bagi orang yang sedang berbicara dengan kita, karena mereka merasa tidak dianggap penting. Terutama bagi generasi Z, kebiasaan ini sering terlihat saat berada di tempat makan atau kafe, di mana seharusnya ada interaksi yang akrab antara teman-teman, namun sering kali ada yang sibuk dengan ponselnya. Phubbing bisa menyebabkan perasaan diabaikan, berkurangnya kualitas percakapan, dan pada akhirnya, merusak hubungan interpersonal.

Phubbing dalam Perspektif Islam

Baginda Rasulullah Saw selalu perhatian kepada lawan bicaranya. Bila ia tertawa maka Rasul ikut tertawa. Jika ia takjub terhadap apa yang sedang dibicarakan maka Rasul juga ikut takjub.

Artinya:

"Dan Rasulullah tidak pernah memotong pembicaraan orang lain." (Hadist Riwayat Tirmidzi).

Bahkan ketika shalat Jumat banyak pemuda yang sibuk dengan ponselnya sepanjang khutbah. Fenomena tersebut namanya bukan lagi "phubbing" kepada orang lain, tetapi juga "phubbing" kepada Allah. Sejatinya langkah pertama kita masuk ke baitullah (masjid) maka kita sudah berhadapan kepada Allah. Sungguh mengherankan jika ada orang yang melaksanakan shalat Jumat kemudian ia justru bermain ponsel saat ibadah di masjid.

Seorang ulama tabi'in, Al-Hasan Al-Bashri, pernah memberikan nasihat berharga yang relevan dengan fenomena ini. Beliau mengatakan,

"Jika engkau duduk bersama kawan, jadilah orang yang lebih bersemangat untuk menjadi pendengar dibandingkan menjadi pembicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana belajar bertutur kata yang baik."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline