Menginjak usia 20-an hingga awal 30-an sering kali menjadi fase penuh tantangan dan kebingungan bagi banyak orang. Fase ini, yang sering disebut sebagai "quarter life crisis" yang ditandai dengan perasaan cemas, ragu, dan pencarian makna hidup. Banyak yang mulai mempertanyakan pilihan karier, hubungan pribadi, dan finansial.
Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang apa itu quarter life crisis, apa saja karakteristiknya, faktor-faktor yang menyebabkannya, gejalanya apa saja, serta bagaimana cara menghadapinya agar dapat melewati fase ini dengan lebih baik dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan.
Pengertian Quarter Life Crisis
Alexander Robbins dan Abby Wilner pada tahun 2001 pertama kali mengemukakan istilah quarter life crisis. Kedua ahli tersebut memberikan julukan kepada remaja dengan sebutan "twentysomethings" yaitu remaja yang baru saja meninggalkan kenyamanan hidup dan mulai memasuki dunia yang nyata.
Menurut Robbins dan Wilner, quarter life crisis adalah perasaan cemas dan takut yang hadir atas ketidakpastian kehidupan yang mencakup karier, pertemanan, keluarga, bahkan kehidupan percintaan yang umumnya terjadi di sekitar usia 20 tahunan. Jadi secara sederhana, quarter life crisis adalah masa ketika seorang individu mulai merasa ragu atau insecure dan akhirnya hilang terhadap masa depan.
Berdasarkan statistik quarter life crisis ini dialami oleh 86% orang dari rentan usia 20-30. Saat ini, banyak orang menghadapi tekanan untuk menentukan jalan hidup mereka, baik dalam karier, hubungan, atau finansial. Quarter life crisis sering kali ditandai dengan perasaan kecemasan, kebingungan, dan ketidakpuasan dalam hidup.
Karakteristik Orang dengan Quarter Life Crisis
Berikut ini adalah beberapa karakteristik yang menunjukkan seseorang sedang mengalami quarter life crisis:
1. Merasa Tidak Cukup Baik dan Merasa Bahwa Orang Lain Akan Selalu Lebih Baik Dari Dirinya Sendiri.
2. Cemas dengan Masa Depan, Merasa Terjebak, dan Frustrasi dengan Keadaan yang Biasanya Susah atau Tidak Bisa Diubah.