Etika Nikomakea, salah satu karya filsafat paling berpengaruh dari Aristoteles, menguraikan pemikiran sang filsuf mengenai cara mencapai kebahagiaan sejati melalui kehidupan bermoral yang berlandaskan kebajikan.
Ditulis pada abad ke-4 SM, Etika Nikomakea menempatkan pencarian kebahagiaan atau eudaimonia sebagai tujuan akhir dari keberadaan manusia. Aristoteles berargumen bahwa kebahagiaan tidak semata-mata berupa kesenangan, melainkan suatu kondisi jiwa yang diperoleh melalui tindakan baik dan konsisten.
Buku ini tidak hanya menjadi fondasi pemikiran moral dan etika di Barat tetapi juga memberikan perspektif mengenai kehidupan yang bermakna dan berbudi. Dalam konteks modern, Etika Nikomakea tetap relevan karena mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai melalui kebajikan yang terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Saya di sini mengajak kita semua untuk meninjau secara kritis isi buku ini, mulai dari tujuan hidup dan kebahagiaan, konsep kebajikan, hingga relevansi buku ini di era modern.
Dapatkan Eboo: Etika Nikomakea
Aristoteles dan Konteks Filsafatnya
Aristoteles (384-322 SM) adalah salah satu filsuf paling berpengaruh dalam sejarah pemikiran Barat. Sebagai murid Plato dan guru dari Aleksander Agung, Aristoteles menghasilkan karya-karya di berbagai bidang, termasuk logika, politik, metafisika, dan tentunya etika. Filsafatnya berakar pada pemikiran yang berbeda dari gurunya, Plato, dengan pendekatan yang lebih empiris dan pragmatis. Aristoteles percaya bahwa setiap individu memiliki potensi yang bisa diwujudkan melalui tindakan nyata dan pembiasaan kebajikan.
Dalam Etika Nikomakea, Aristoteles menyelidiki sifat dasar kebajikan dan bagaimana manusia bisa mencapainya. Aristoteles menolak pandangan hedonistik yang menganggap kebahagiaan sebagai pemuasan keinginan sementara. Sebaliknya, ia menekankan kebahagiaan sebagai suatu keadaan yang berkelanjutan, yang dicapai melalui kehidupan yang dijalani sesuai dengan prinsip-prinsip moral.
Pemikiran ini berbeda dengan pandangan Plato yang lebih idealis, di mana kebajikan dianggap sebagai bentuk absolut yang ada di luar diri manusia.
Tujuan Hidup dan Kebahagiaan (Eudaimonia)
Salah satu gagasan utama dalam Etika Nikomakea adalah bahwa setiap tindakan manusia berorientasi pada pencapaian tujuan akhir, yaitu eudaimonia atau kebahagiaan sejati. Menurut Aristoteles, kebahagiaan bukanlah perasaan atau keadaan emosional yang bersifat sementara, melainkan hasil dari kehidupan yang hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kebajikan. Aristoteles membedakan kebahagiaan sejati dari kenikmatan semata, menegaskan bahwa kebahagiaan tidak dapat diperoleh melalui pemuasan hawa nafsu yang sesaat.
Konsep eudaimonia dalam pandangan Aristoteles merupakan kondisi ideal yang mencerminkan kehidupan yang terpenuhi, di mana individu mencapai potensi tertingginya melalui tindakan yang baik. Kebahagiaan ini hanya bisa dicapai jika seseorang memiliki karakter yang baik dan mampu memilih tindakan yang tepat dalam situasi tertentu. Dengan demikian, kebahagiaan menurut Aristoteles bersifat objektif, bergantung pada kualitas tindakan dan karakter seseorang, bukan sekadar perasaan subyektif.