Usai mendapat kabar wafatnya Ning Masruroh (Pamekasan-Madura), tak berselang lama di grup WhatsApps 'Fak Syariah 2005 UIN MLG' muncul kabar wafatnya Prof. Dr. M. Nur Yasin. Atas inisiatif Sofyan Afandi, M.Hi, Ahmad Haydar Baharun dkk, sejumlah alumni menggelar 'tahlil virtual'. Inilah bentuk penghormatan terakhir untuk sang Profesor.
Semasa menapaki jenjang Strata satu, beliau adalah dosen pengampu mata kuliah "Pemikiran modern dalam Islam". Saya ingat betul, kala itu ditugasi menulis makalah yang mengulas tentang Teori limit M. Syahrur. Syahrur adalah pemikir kontroversial asal Suriah.
"Jika yang lain liberal dan terusir dari Timur tengah, kalau si Syahrur anggap saja nyeleneh," begitulah komentar beliau terhadap sosok Syahrur. Akan tetapi saya secara pribadi menggolongkan Syahrur sama liberalnya dengan Farag fouda, Mohammed Arkoun dan Nasr hamid Abu zayd.
Sekedar info, Farag fouda tewas ditembak pada tahun 1992. Sementara Nasr hamid divonis murtad dan harus angkat kaki dari Mesir menuju Belanda.
Kembali kepada sosok almarhum. Semasa hidupnya meraih magister agama di UIN Yogyakarta dan gelar doktor di Universitas Brawijaya. Lalu pernah menjabat Kaprodi Hukum ekonomi syariah di Fakultas Syariah, UIN Malang. Singkat cerita, akhirnya dikukuhkan sebagai Guru besar bidang ilmu Hukum ekonomi syariah pada September 2019.
Kala itu, beliau menyampaikan orasi ilmiah "Rekonstruksi norma ekonomi Syariah di Indonesia". Aktivitas beliau selain mengajar adalah menulis buku, menguji mahasiswa tingkat doktoral hingga menjadi pembicara di berbagai seminar dan webinar.
Contohnya dalam webinar yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (Juni, 2020). Sebagaimana diwartakan laman bangsaonline.com, "Pandemi Covid 19 memunculkan persepsi negara gagal dan hilangnya kemaslahatan," ujarnya. Beliau juga menambahkan, negara gagal bisa ditandai dengan hilangnya kontrol wilayah sendiri. Misalnya, Papua menerapkan kebijakan lockdown sendiri. Monopoli pengerahan pasukan TNI-Polri akibat pemerintah daerah kewalahan. "Saya tidak pingin NKRI chaos. Saya pingin NKRI harus kuat," ucapnya.
Perlu diketahui, almarhum wafat bukan karena virus corona. Memang sejak 5 bulan lalu rutin menjalani Kemoterapi (sebulan sekali). Jenazah almarhum dimakamkan di Blitar, kota kelahirannya. Demikian pernyataan Dr. KH. Isyroqunnajah (WR-4 UIN Malang). Wallahu'allam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H