Lihat ke Halaman Asli

Betulkah Kyai Ahmad Dahlan Pernah Berguru Kepada syaikhona Kholil?

Diperbarui: 14 Juli 2018   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: SANTRI NGAJI (@santringaji)

Masih beredar  ilustrasi gambar di google yang menjelaskan bahwa pendiri NU dan pendiri persyarikatan Muhammadiyah adalah satu seperguruan. Betulkah Kyai Dahlan pernah berguru kepada Syaikhona kholil bangkalan?. Sayangnya yang  menyebarkan gambar tidak tahu sejarah dan tidak berbekal referensi yang jelas. Memang benar kedua kyai tersebut satu seperguruan, punya guru yang sama. Tetapi bukan Syaikhona Kholil Bangkalan.

Faktanya, Muhammad sholeh as-Samarani atau yang lebih dikenal dengan Kyai Sholeh darat adalah guru Kyai Hasyim asy'ari dan Kyai Ahmad Dahlan. Sayang sekali, fakta sejarah ini tidak ditampilkan dalam Film "Sang Pencerah". Selain itu, Kyai sholeh Darat  punya santriwati bernama RA Kartini.

Kartini bukanlah santri tetap Pesantren Darat tetapi beliau rutin mengikuti pengajian baik saat gadis maupun seusai menikah dengan R.M Joyodiningrat, bupati Rembang. Bahkan Kyai sholeh menulis tafsir berbahasa jawa dengan huruf Pegon, sebagai hadiah pernikahan Kartini dengan bupati Rembang tersebut (Ensiklopedi Ulama nusantara, 2009, hal 598).

Ketika Kyai ahmad dahlan berangkat ke Hijaz, beliau  memiliki guru yang sama dengan Kyai Hasyim Asy'ari yaitu Syekh ahmad Khatib Minangkabau (w. 1916 M). Beliau ini punya minat di matematika dan ilmu Alam. "Kyai dahlan maupun syeikh Khatib adalah penentang tarekat sufi", tulis Abdurahman Mas'ud P.hD dalam buku Dari Haramain ke Nusantara. Pertanyaannya adalah mengapa Kyai Hasyim masih mentolerir Sufisme? Jawabnya karena Kyai Hasyim lebih dipengaruhi gurunya yang lain yakni Syeikh Mahfudz at Termasi dan syeikh Khatib sambas.

Harap diketahui pembaca artikel ini, syeikh Khatib sambas adalah pendiri Tarekat qadiriyah wa Naqsyabandiah. Kembali kepada Syaikhona Kholil yang dianggap waliyullah oleh bangsa Madura. Saat di jazirah Arab, Kyai Khalil belajar agama kepada syeikh Abdul karim. Minatnya kepada sufisme. Sementara fikih kepada Syeikh Nawawi al-Bantani dan Syeikh Mahfudz at Termasi.

Apabila merujuk ke buku Prof Abdurrahman Mas'ud, sepulang dari Mekkah, kyai Kholil mengasuh pesantren Kademangan di Bangkalan (Dari haramain ke Nusantara, hal 188-189). Kelak di kemudian hari murid-muridnya menjadi pendiri Pesantren besar dan tokoh-tokoh yang disegani di tubuh jamiyyah Nahdlatul ulama. Berikut ini murid beliau : Kyai Hasyim asyari, kyai Manaf Abdul Karim (Pendiri Pesantren Lirboyo, kediri), kyai Muhammad shiddiq, kyai Munawwir (Pendiri Pesantren Krapyak), kyai Ma'sum (pendiri pesantren Lasem), kyai Abdullah Mubarak, kyai Wahab Hasbulloh, kyai Bisri Syansuri dan kyai Bisri Mustafa. 

Coba perhatikan, apakah di deretan nama-nama Kyai tadi terdapat nama Kyai haji Ahmad Dahlan? Tidak ada!. Sebaiknya, sebelum menyebarkan informasi ke media sosial dan blog pribadi, haruslah hati-hati. Barangkali niatnya penyebar gambar itu mulia, ingin merekatkan antara NU dan Muhammadiyah. 

Pengikut NU dan Muhammadiyah di masa kini sudah berukhuwah islamiyyah dan minim "gesekan" sebagaimana di masa awal pendiriannya. Muhammadiyah maupun NU mulai inklusif dan saling bekerjasama dalam menjaga keutuhan NKRI. Wallahu'allam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline