Pas hari minggu kemarin saya dapat pesan singkat dari seorang teman yang mengikuti kegiatan CFD (Car Free Day) di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Ketika saya dikirimkan foto-foto-nya, saya sempat bertanya-tanya, mengapa masih ada kendaraan bermotor yang berlalu lalang di kegiatan CFD? Bahkan petugas dishub pun hanya duduk sambil memperhatikan kendaraan bermotor berlalu lalang, penjual asongan pun bebas berjualan sepanjang jalan dengan tidak tertib, bahkan beberapa petugas pun cuma ngobrol akrab dengan pedagang asongan.
Bisa saya katakan petugas terkait hanya seperti patung berseragam saja. Kendaraan bermotor lolos lalu lalang, yang jelas itu tugas dinas perhubungan untuk mensterilkan tempat dari asap kendaraan bermotor sebagaimana tujuan CFD itu sendiri.
Sebagai penduduk ber-KTP Makassar yang sedang merantau di kota orang, mungkin saya ingin sedikit vokal terhadap kota kelahiran saya, karena memang saya ingin kota Makassar menjadi kota yang lebih baik, apalagi kota Makassar sudah menjadi kota metropolitan dan salah satu kota besar di Indonesia. Pantaskah hal ini disebut Car Free Day? Atau hanya ikut-ikutan trend Car Free Day yang ada di Jakarta atau Surabaya? APalagi lokasi Car Free Day di selenggarakan di Jalan Penghibur bertepatan dengan Pantai Losari yang terkenal sebagai tempat yang paling indah di dunia untuk melihat sunset. Apakah Masyarakat Makassar mengerti apa yang dimaksud dengan Car Free Day itu sendiri? Ataukah hanya datang untuk sekedar selfie dan di-Upload di social media?
Semoga tulisan dan kersahan hati saya bisa tersalurkan dan berharap ada pegawai Pemkot yang membaca tulisan ini, bukan semata-mata saya menjelekkan kota kelahiran saya, tapi ini hanya kritik dari anak Makassar yang peduli kepada kotanya dan masyarakatnya agar kedepannya kota Makassar bisa lebih baik lagi kedepannya.
Sumber foto: Dokumen pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H